FPI

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

FPI
Ilustrasi - Sejumlah pencinta Habib Rizieq Shihab saat aksi di depan Balai Kota Bogor beberapa waktu lalu. Foto: Ricardo/JPNN.com

Bahkan di level internasional pun gengsi FPI ikut terdongkrak.

Gerakan 212 yang berhasil mengumpulkan jutaan orang di Jakarta, memecahkan rekor sebagai demonstrasi dengan peserta terbanyak di Indonesia, mungkin juga di dunia. Tidak ada rekor resmi Museum Rekor Indonesia (MURI) yang dicatat, atau tidak ada rekor Guinness World of Records yang didaftarkan.

Namun, demonstrasi 212 menjadi fenomena baru dalam politik Indonesia. Jumlah peserta boleh diperdebatkan. Ada yang mengeklaim jumlah dua juta, ada yang menyebut tidak sampai satu juta.

Isu-isu politik yang dinarasikan FPI bukan lagi isu-isu lokal, tetapi sudah merambah kepada isu kepemimpinan nasional.

Sebagai organisasi dakwah FPI berfokus pada amar makruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan, melarang perbuatan buruk). Dalam pengamalan prinsip itu FPI menjadi gerakan sosial yang memberikan pertolongan setiap kali terjadi bencana di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam menerapkan prinsip dakwahnya, FPI disebut lebih fokus pada ‘’nahi munkar’’, melarang perbuatan buruk. Karena itu FPI sering turun langsung ke lokasi yang dianggap menjadi pusat kegiatan maksiat. Tindakan ini sering dianggap sebagai sweeping yang menyebabkan kontroversi.

Habib Rizieq Shihab menjadi tokoh sentral gerakan ini. Kemampuan orasi dan retorikanya yang tinggi menghipnotis banyak orang. Kepemimpinannya yang karismatis, tidak kenal takut, membuatnya dinobatkan sebagai ‘’Imam Besar’’.

Banyak kalangan yang tidak mau menerima penobatan ini, tetapi di kalangan pendukungnya, HRS tetap seorang imam besar.

FPI lama dan baru bisa jadi sama-sama membuat keder orang-orang yang mabuk karena alkohol, maupun yang mabuk kekuasaan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News