Gagal Jadi Kartunis, Kepsek Eko Jatmiko Sukses di Bidang Pendidikan 

Gagal Jadi Kartunis, Kepsek Eko Jatmiko Sukses di Bidang Pendidikan 
Eko Jatmiko, kepala SD Negeri 1 Bringkeng, Kabupaten Cilacap sebenarnya bercita-cita menjadi pembuat kartun. Namun, ilmunya kini bermaat untuk bidang pendidikan. Foto dok. Tanoto Foundation

“Tanoto mengajarkan kami untuk menghidupkan suasana kelas dengan metode MIKIR,” kata Eko.

Melalui metode MIKIR, Eko menyadari selama ini dirinya kurang melibatkan peran anak-anak dalam proses pembelajaran. Namun, sekarang dia menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran dalam kegiatan presentasi dan eksperimen.

Bagaimanapun, menjadi guru di masa kini dirasa lebih berat. Hal itu terlihat karena berhadapan dengan kemajuan teknologi dan kebebasan berekspresi.

Dia menyebut guru harus mampu mengawal anak-anak dalam memaksimalkan pergaulan dan kemampuan akademik.  "Anak seperti tidak terbiasa membaca buku tanpa diperintah guru," keluh Eko.

Jika tidak dilakukan perubahan, kurikulum apa pun tidak akan mampu menciptakan generasi anak seperti yang diharapkan oleh orang tua dan masyarakat.

Berawal dari tantangan tersebut, bapak tiga anak itu terus berupaya menciptakan solusi pendidikan guna mengajarkan anak agar tidak merepotkan orang tua dan menjadi pribadi yang berhasil.

Dalam upayanya tersebut, Eko dan rekan- rekan guru mengadopsi praktik baik yang diajarkan Tanoto Foundation dari pengalaman sekolah lain di berbagai daerah. Praktik baik tersebut meliputi kantin kejujuran, pembiasaan sholat, dan dongeng pagi.

Khusus untuk meningkatkan literasi, Eko memilih program Koin Literasi. Program ini berupa gotong royong anak dengan mengumpulkan uang seikhlasnya setiap minggu.

Kepala SD Negeri 1 Bringkeng, Cilacap Eko Jatmiko yang bercita-cita menjadi pembuat kartun memanfaatkan ilmunya untuk bidang pendidikan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News