Ganyang Malaysia
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Dengan mengganyang Malaysia Bung Karno ingin menunjukkan superioritas dan kematangan Indonesia dan menunjukkan bahwa Malaysia masih mentah.
Dalam pidato yang berapi-api, Bung Karno mengatakan, ‘’Kalau kita lapar itu biasa, kalau kita malu juga biasa. Namun, kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, itu kurang ajar. Kerahkan pasukan ke Kalimantan, kita hajar cecunguk Malaysia itu’’.
Menteri Luar Negeri Soebandrio mendukung gerakan konfrontasi itu dengan mengirim pasukan ke Kalimantan.
Konfrontasi berlangsung panjang sampai 1966.
Ketika itu kekuasaan Bung Karno sudah makin lemah setelah peristiwa penculikan jenderal TNI yang dikenal sebagai gerakan 30 September.
Secara diam-diam TNI mengirim misi perdamaian ke Malaysia untuk mengakhiri konfrontasi.
Negara federal Malaysia secara resmi berdiri pada 1963 dan Singapura menjadi bagian dari Malaysia.
Akan tetapi, pada 1965 Singapura memisahkan diri menjadi negara merdeka tersendiri. Brunei juga akhirnya lepas dari Malaysia menjadi negara merdeka pada 1984.
Pernyataan Mahathir Mohamad memantik berbagai macam reaksi di Indonesia. Indonesia harus serius menanggapinya.
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia
- Menteri Karding Siapkan Strategi soal Lonjakan Pekerja Migran Ilegal ke Myanmar-Kamboja
- Rayakan 70th KAA, Usman Hamid And The Blackstones Bawakan Album Baru Kritik Sosial
- Merespons Kebijakan Dagang Trump, Syahganda Nainggolan: Sikap Independen Indonesia Sudah Tepat