Geliat Ekonomi usai Lebaran, Terbang Tinggi atau Melandai?

Geliat Ekonomi usai Lebaran, Terbang Tinggi atau Melandai?
Founder IndoSterling Capital William Henley. Foto: Dok Pri

Durasi waktu libur selama sembilan hari tentu tak dilalui dengan tangan kosong. Sudah ada bekal berupa tunjangan hari raya (THR) yang dicairkan maksimal H-7 Lebaran.

THR plus gaji itulah yang tentu menjadi motor penggerak ekonomi, terutama dari sisi konsumsi. Baik dari pembelian kebutuhan primer maupun nonprimer seperti berlibur ke tempat wisata.

Tahun ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen. Pada triwulan pertama lalu, perekonomian tumbuh pada level 5,07 persen.

Demi mencapai target 5,2 persen, maka mau tak mau ekonomi triwulan kedua ini harus tumbuh minimal 5,33 persen. Berat, tetapi bukan tak mungkin dapat digapai mengingat derasnya konsumsi sepanjang tiga bulan kedua 2019.

Selain efek THR plus gaji para PNS dan swasta, faktor pendorong lain adalah inflasi yang terjaga. Di luar tiket pesawat yang masih mahal, harga bahan pangan relatif terkendali.

Kemenko Perekonomian pun telah melaporkan inflasi berada pada rentang 0,5-0,6 persen.

Jangka menengah-panjang
Penjelasan singkat di atas merupakan efek jangka pendek dari dampak pelaksanaan Lebaran terhadap aktivitas ekonomi. Lalu, bagaimana untuk jangka menengah dan panjang?

Sudah menjadi sesuatu yang lazim, seusai Lebaran, ada fenomena tahunan yang tampak nyata, yaitu urbanisasi.

Idulfitri telah lewat. Sebagaimana umumnya ritual Lebaran, kali ini antrean berjamaah terjadi pada arus balik yang mencapai puncaknya pada Minggu (9/6) malam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News