Gong Xi Fat Chai

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Gong Xi Fat Chai
Warga menghias jalan dengan lampion di Jalan H Bona, Limo, Depok, Jawa Barat, Rabu (26/1). Foto : Ricardo

Alih-alih hujan angpao yang terjadi adalah hujan bencana dan hujan varian Omicron yang puncaknya diperkirakan terjadi pada Februari ini.

Di China pandemi Covid-19 yang muncul dua tahun yang lalu sudah bisa dikendalikan. Meski begitu pemerintah China sekarang tetap cemas karena perayaan Imlek dikhawatirkan akan menjadi klaster penularan baru, karena pergerakan manusia selama libur panjang seminggu penuh bisa ratusan juta orang.

Imlek kali ini diawasi ketat, tidak ada pesta-pesta, tidak ngopi-ngopi, dan tidak ada piknik.

Aturan dan sanksi ketat dan keras khas otoritarianisme China ini terbukti menjadi jurus yang manjur untuk menyelesaikan pagebluk Covid-19 ini. Seperti bunyi syair lagu dangdut, “kau yang memulai, kau yang mengakhiri”, China yang memulai pandemi dan China yang bisa mengakhiri.

Ketika kasus pertama bermunculan di Wuhan dan korban mulai berjatuhan, pemerintah China langsung menerapkan lockdown superkeras.

Wilayah Wuhan dengan penduduk sebelas juta manusia ditutup total menjadi penjara atau kamp tahanan terbesar di era milineal. Semua orang tidak boleh keluar rumah dan menjadi tahanan di rumah sendiri. Semua kebutuhan hidup makan dan minum disuplai oleh negara.

Siapa berani melanggar peraturan langsung ditangkap dan dipenjara, dan malah langsung didor.

Kamp konsentrasi besar di Wuhan lebih mengerikan dibanding kamp konsentrasi yang pernah terjadi selama era modern termasuk kamp konsentrasi ala Nazi. Kematian yang terjadi di kamp Nazi disebabkan oleh ulah kekejaman manusia yang dikontrol sendiri oleh manusia penguasa rezim.

Pengaruh politik, ekonomi, dan budaya China tak terbendung ke seluruh dunia, termasuk budaya Imlek.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News