Gua Maria Grabag dan Kisah Muslim Tidur di Gereja

Gua Maria Grabag dan Kisah Muslim Tidur di Gereja
Gua Maria di Kapel Santo Yusup, Grabag, Kabupaten Magelang. Foto: Ayatollah Antoni/JPNN.Com

Adapun bahan gua berupa batu wadas didatangkan dari Gunungkidul, DIY. Beberapa tahun kemudian, Gua Maria Grabag diresmikan pada 23 Juli 2005 melalui pemberkatan oleh Mgr Ignatius Suharyo yang kala itu masih menjabat Uskup Agung Semarang.

Belum lama ini patung Bunda Maria dan Yesus di Kapel Santo Yusup dicat ulang. Yang dipercaya mengecat ulang kedua patung itu adalah Triwarno, warga Kaloran, Kabupaten Temanggung.

“Pak Triwarno penganut Buddha. Patungnya kami turunkan dan kami bawa ke rumah Pak Warno untuk dicat ulang,” papar Subiantoro.

Di area doa Gua Maria Grabag juga terdapat sumur. Letaknya hanya sekitar 2 meter dari mulut gua.

Subiantoro lantas menceritakan sumur sedalam 12 meter yang digali berbarengan dengan pembangunan gereja itu. Menurutnya, air sumur itu semula berbau dan tak layak minum.

“Untuk mandi saja rasanya tak enak,” kenang Subiantoro.

Hingga akhirnya sumur itu melewati proses pemberkatan. Ternyata airnya menjadi bening.

Subiantoro menyebut total dissolved solids (TDS) air dari sumur lebih rendah ketimbang produk air minum dalam kemasan bermerek kondang. “Banyak yang datang ke sini minum langsung atau membawanya pulang,” ucap Subiantoro sembari menunjuk ke arah keran yang tersambung dengan tandon penampung air sumur.

Keberadaan Gua Maria sudah melekat bagi umat Katolik. Sebuah lokasi bisa ditetapkan sebagai Gua Maria karena pertimbangan penampakan supranatural Maria ataupun faktor sejarah tempat devosi dan ziarah umat Katolik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News