Hari Tari Sedunia, Solo Menari 24 Jam

Hari Tari Sedunia, Solo Menari 24 Jam
Hari Tari Sedunia, Solo Menari 24 Jam
Maksud melebur itu, kata Wahyu, bukan berarti para warga harus ikut menari. Aparat kepolisian, misalnya, diminta untuk menunjukkan eksistensinya dalam mendukung Hari Tari Sedunia. "Jadi, pak polisi saat bertugas pakai sampur (selendang tari, Red). Setidaknya itu melebur," kata Wahyu. Di beberapa titik lalu lintas memang terlihat para korps baju cokelat memasang sampur di pinggang ataupun menyampirkan di bahu.

Di acara kemarin Wali Kota Solo Joko Widodo menabuh gong tanda pembukaan Solo Menari 24 Jam di Solo Square. Sedangkan Wakil Wali Kota Hadi Rudyatmo membuka ajang itu di ISI Solo. Gong ditabuh serentak pada pukul 06.30 WIB. Performa di Solo Square pada permulaan adalah yang paling meriah. Beberapa tari modern, tradisional, dan kontemporer ditampilkan secara bergantian.

Salah satu di antara ratusan tari itu adalah kisah Ramayana. Tari kontemporer karya Romo Tundung itu mengisahkan Ramayana yang mulai mendekati Shinta untuk dijadikan pasangan hidup. Cerita perebutan kekuasaan, dari yang seharusnya dimiliki Rama, oleh ibu Barata juga menjadi bagian cerita.

Partisipan dari luar Solo juga hadir di acara tersebut. Para penari dari Jogja, Jawa Barat, Jawa Timur, Pekanbaru, Kalimantan Timur, Lampung, dan bahkan Malaysia hadir untuk berpartisipasi. Menurut Wahyu, mereka datang atas biaya dari kocek masing-masing. "Kami hanya menyediakan tempat pentas, istirahat, dan konsumsi. Mereka datang dengan biaya sendiri," kata dia. (bay/c4/kum)

SOLO - Hari Tari Sedunia yang jatuh Kamis (29/4) diperingati di Solo. Acara bertema Solo Menari 24 Jam itu diikuti sedikitnya 2.000 penari. Seharian


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News