Hello Baby, Ichik-Ichik with Me?

Hello Baby, Ichik-Ichik with Me?
Suasana dalam sebuah diskotik di Bali. Turis wanita dan pemandu wisata berbaur menjadi satu. Foto: Miftahuddin/Radar bali
Fenomena anak pantai di Kuta sebenarnya muncul kali pertama sekitar 1970-an. Saat itu kondisi pantai yang dikenal dengan keelokan sunset-nya itu masih "perawan".  Alang-alang tumbuh subur di sana. Belum ada toko-toko, apalagi tempat hiburan seperti sekarang. Meski begitu, gelombang turis asing terus berdatangan ke sana.

  

"Waktu itu (1970-an, Red) Kuta diserbu kaum hippies dari Amerika, Eropa, dan Australia," kata seorang pelaku kesenian yang sudah bergelut dengan Pantai Kuta sejak saat itu dengan nama samaran Anton. Seperti yang dia ketahui, saat itu berkecamuk perang Vietnam. Amerika Serikat bersama sekutunya menyerang Vietnam Utara.

  

:TERKAIT Untuk mendukung peperangan, pemerintah Amerika mengeluarkan kebijakan agar para pemuda mengikuti wajib militer. Tapi, sebagian pemuda Amerika menolak kebijakan tersebut. Kaum penentang yang akhirnya dikenal dengan sebutan hippies itu pun berduyun-duyun meninggalkan negaranya. Inilah yang disebut dengan gelombang hippies. Dengan sangu pas-pasan, mereka keliling dunia mengampanyekan antiperang. "Make Love Not War" itu adalah slogan terkenal yang menjadi semboyan kaum hippies.

  

"Sampailah mereka ke sini (Bali, Red)," kata Anton. Pria yang lihai bermain gitar itu mengenang, ketika itu turis-turis asing yang datang di Bali berdandan aneh-aneh khas hippies. Rambut gondrong, brewokan, dan berpakaian ngejreng.

  

Fenomena anak pantai di Kuta sebenarnya muncul kali pertama sekitar 1970-an. Saat itu kondisi pantai yang dikenal dengan keelokan sunset-nya itu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News