HNW: Sikap Berbangsa dan Beragama Bapak Bangsa Harus Jadi Inspirasi Masyarakat

HNW: Sikap Berbangsa dan Beragama Bapak Bangsa Harus Jadi Inspirasi Masyarakat
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid. Foto: Humas MPR.

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR  Hidayat Nur Wahid menyatakan, bangsa Indonesia yang berketuhanan Yang Mahe Esa perlu meneladan sikap beragama dan berbangsa para pahlawan.

Menurutnya,  para pendiri bangsa dengan sikap kenegarawanan mereka menghimpun diri antara lain dalam Panitia 9 yang menghadirkan Piagam Jakarta (Pembukaan UUD 45), serta PPKI (menyepakati Pancasila dalam bentuk finalnya, serta UUD 45). Mereka adalah tokoh-tokoh beragama sekaligus negarawan. 

“Keberagamaan mereka menghadirkan sikap hidup yang mencintai bangsa dan negara, menghadirkan keterbukaan dan toleransi dengan sesama pejuang bangsa. Di sana tidak ada tokoh-tokoh atheis/PKI seperti Musso, Alimin maupun Aidit,” ujarnya dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI bekerja sama dengan DPC PKS Kemayoran di Jakarta, Sabtu (26/12). 

Sosok yang karib disapa HNW itu mengatakan para pendiri bangsa itu telah memberi contoh cara beragama yang bisa menjadi inspirasi sekaligus aspirasi, sehingga mampu menghadirkan aksi dan kontribusi solutif.

Bahkan demi toleransi untuk menjaga keutuhan proklamasi kemerdekaan Indonesia, empat tokoh umat Islam (KH  Hasyim Asyari, Ki Bagus Hadikusumo, Mr Kasman Singodimejo dan Mr Teuku Muhammad Hasan) rela menyepakati penggantian 7 kata sila pertama Pancasila yang disepakati oleh Panitia 9 dalam Piagam Jakarta menjadi Ketuhanan YME.

Menurutnya, hal itu dilakukan karena mereka mau menerima aspirasi dari sebagian pihak yang mengatasnamakan dirinya dari Indonesia timur. 

Selanjutnya, jata HNW, KH Hasyim Asy’ari (NU) pada 22 Oktober 1945 memfatwakan wajibnya Jihad bela Indonesia. Ki Bagus Hadikusumo (Muhammadiyah)  menyerukan amanat Jihad membela kemerdekaan Indonesia pada 28 Mei 1946.

M. Natsir (Ketua Fraksi Partai Masyumi) dengan Mosi Integralnya 3 April 1950,  berhasil mengembalikan  Indonesia jadi NKRI, setelah sebelumnya dijadikan RIS oleh Belanda. 

Para pendiri bangsa itu telah memberi contoh cara beragama yang bisa menjadi inspirasi sekaligus aspirasi, sehingga mampu menghadirkan aksi dan kontribusi solutif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News