Hyde Park

Oleh Dahlan Iskan

Hyde Park
Dahlan Iskan di Hyde Park, London. Foto: disway.id

Saya pikir Harrods sudah kehilangan relevansinya. Sudah kalah dengan tempat belanja online.

Ternyata masih hidup. Dan masih jadi ikon.

Manusia penuh berdiri di pelataran plaza depan Harrods. Menunggu pintu mal dibuka. Semua manusia. (Manusia=wanita).

Belum pernah saya melihat seperti itu. Begitu banyak yang antre. Termasuk banyak yang berwajah Arab. Atau Tionghoa.

Saya perhatikan pengumuman dari sound system: ups, dalam bahasa Mandarin. Lalu dalam bahasa Arab. All about money.

Begitu gerbang Harrods dibuka, mal itu begitu ramainya. Seperti masuk Stadion Chelsea. Seperti tidak tergerus modernisasi teknologi informasi.

Di Harrods saya menyaksikan semangat yang membara: semangat wanita berbelanja. Hermes, Channel dan sebangsanya.

Saya pun ingat istri saya. Namun tidak jadi beli. Tas yang dulu saya belikan di Paris tidak pernah dipakai.

Saya ke Hyde Park hari Minggu siang lalu. Itulah mimbar demokrasi tertua di dunia. Sejak 1863. Orang boleh ngomong apa saja. Tidak perlu khawatir ditangkap penguasa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News