Indonesia Masih di Fase Meraih Ketahanan Pangan
"Kalau bicara ketahanan pangan, yang terpenting barangnya ada, masyarakat bisa menikmati, dan harganya cukup stabil. Kalau itu yang terjadi, maka stok pangan nasional tidak boleh kurang," terangnya.
Salah satu opsi untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional, jika produksi dalam negeri tidak mampu mencapai targetnya adalah melakukan impor. Namun demikian, keran impor tentunya juga harus dilakukan berdasar data yang akurat.
"Kita harus paham bahwa kebutuhan nasional itu 2, 4 juta ton dalam satu bulan. Berarti kalau tidak bisa memenuhi itu kita harus impor. Kalau tidak impor ada persoalan besar yang dihadapi bangsa ini. Karena persoalan perut adalah persoalan yang sangat sensitif yang tidak bisa ditunda," jelasnya.
Moeldoko yang juga bergelar doktor dalam ilmu administrasi negara itu mengatakan, bahwasanya memang perlu dipahami perlunya impor untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.
"Kebutuhan impor itu masih dibutuhkan Indonesia. Kita harus realistis ya," ungkapnya.
Moeldoko mengaku memahami keinginan Menteri Pertanian untuk menciptakan swasembada pangan.
Namun hal itu tentunya bukan sesuatu yang mudah untuk dicapai. Terdapat sejumlah hal yang bisa menghambat tercapainya target itu, mulai dari cuaca, hama, dan faktor lainnya.
"Tidak seperti yang kita gambarkan bahwa pertanian begitu tanam langsung panen, tidak. Banyak sekali hambatannya,” terang Moeldoko.
Menciptakan ketahanan pangan bukan hanya menjadi tugas dari Kementerian Pertanian tapi semua pihak.
- Ketua Dewan Pembina Jadi Presiden RI, HKTI Optimistis Petani Jadi Lebih Sejahtera
- Pupuk Indonesia Bersama BUMN Brunei Darussalam Dukung Ketahanan Pangan Regional ASEAN
- Peran Generasi Muda dalam Mengatasi Krisis Pangan
- Lestari Moerdijat Ungkap Manfaatan Kearifan Lokal Demi Mewujudkan Ketahanan Nasional
- Stok Beras Bulog di Sulut & Gorontalo Tersisa 19 Ribu Ton
- Gagasan Moeldoko Soal Penguatan Regenerasi Petani di Asia Pasifik Dipuji FAO