Industri CPO Remuk, Pemerintah Diminta Turun Tangan

Industri CPO Remuk, Pemerintah Diminta Turun Tangan
Ketua Umum Asosiasi Produsen Bioefuel Indonesia (Aprobi) MP Tumanggor. Foto: Ist

Bahkan,  lanjutnya, dalam empat bulan terakhir ini hampir semua produsen biodiesel FAME berdarah-darah mengalami kerugian.

Tak tanggung-tanggung Tumanggor menyebut kerugian yang diderita produsen FAME antara US$ 275-350 per ton. Angka kerugian ini diperoleh dari harga CPO saat ini sekitar US$ 600 per ton. Kemudian ditambahkan biaya konversi produksi FAME sebesar US$188 diperoleh angka US$ 788 per ton, belum termasuk biaya angkut.

Dari angka tersebut kemudian dikurangi dengan harga patokan ekspor (HPE) yang ditentukan pemerintah sebesar US$ 450 per ton. Ketemu angka kerugian sebesar US$338 per ton.

“Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus bisa-bisa apa yang terjadi pada tahun 2009 dimana harga CPO waktu itu menyentuh level US$300 per ton dan membuat semua produsen biodiesel menghentikan suplai ke Pertamina. Kita tidak ingin hal tersebut terjadi lagi,” tandasnya.

Di sisi lain, lanjut Tumanggor, dengan kondisi harga CPO yang terus turun, pemerintah juga akan kehilangan bea keluar yang sifatnya progresif. Artinya, setiap kelipatan harga CPO US$ 50, maka bea keluar naik 1,5%.

Sebagai gambaran, pada saat harga CPO US$ 800 maka bea keluarnya 7,5 persen. Nah, kalau menyentuh US$ 900 maka bea keluarnya sebesar 10,5 persen. Jika pemerintah mampu mengerek harga CPO sebesar US$ 900 maka potensi penerimaan negara dari bea keluar mencapai sekitar US$ 1,9 miliar atau setara Rp 20 triliun.

“Yang terjadi sekarang pemerintah belum memperoleh bea keluar karena harga CPO yang terus turun. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena bisa menghancurkan industri CPO Indonesia secara keseluruhan,” ujarnya.

Dia berharap pemerintah segera bergerak cepat untuk menyelamatkan industri CPO Indonesia. Pemerintah harus komitmen melaksanakan mandatory biodiesel 10 persen (B10) hingga terealisasi tahun 2015 yang kemudian dilanjutkan B20 pada 2016.

JAKARTA - Para pengusaha kelapa sawit menjerit. Pasalnya, harga  crude palm oil  (CPO) di pasaran dunia terus mengalami penurunan. Penurunan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News