Industri Shipyard di Batam Terpuruk, Ibarat Pepatah, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula

Industri Shipyard di Batam Terpuruk, Ibarat Pepatah, Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula
Pekerja sedang menggesa pengerjaan kapal di Seilekop, Sagulung, Jumat (28/4). Industri galangan kapal di Batam sejak tahun lalu lesu menyusul perekonomian global yang lesu akibat anjloknya harga minyak dunia. F. Dalil Harahap/Batam Pos/jpg

"Makin banyak investor benar-benar akan bantu kondisi saat ini," ujarnya.

Sedangkan untuk polemik UMK sektor galangan kapal yang diprotes pengusaha galangan kapal, ia mengatakan belum tahu langkah apa yang harus diambil."UMK itu belum tahu juga," ujarnya.

Kondisi shipyard saat ini memang mengkhawatirkan. Direktur Small Medium Enterprise, Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Batam, Irfan Widyasa memiliki analisa terkait hal ini.

"Sepinya industri galangan kapal di Batam dalam kurun lima tahun belakangan ini membuat banyak pekerja galangan kapal menganggur dan pilih pulang kampung," jelasnya.

Imbasnya sangat berpengaruh besar terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi Batam dan Kepri."Batam adalah pusatnya industri perkapalan di Indonesia, namun sayangnya tengah lesu," ungkapnya.

Dia kemudian memaparkan ada lima penyebab lesunya galangan kapal di Batam. Pertama harga minya mentah dunia yang tengah terpuruk.

Ketika harga minyak jatuh, maka berpengaruh pada industri galangan kapal dan pelayaran. Penyebabnya adalah banyaknya sumur minyak dunia yang berlokasi di lepas pantai (offshore,red) membutuhkan pengangkutan menggunakan kapal.

"Penurunan permintaan pengangkutan minyak menurunkan permintaan kapal jenis tanker," ungkapnya lagi.

Industri shipyard di Kota Batam, Kepulauan Riau, belum juga menunjukkan tanda-tanda perkembangan positif pascalebaran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News