Ingat! Jaga Pemilu Sebagai Sebuah Peradaban dan Hajatan Kebangsaan

Menurut Effendi, tidak seharusnya televisi swasta memegang hak siar debat calon presiden. Negara wajib mengucurkan uang penuh demi menyelenggarakan hajatan akbar tersebut.
"Ini perhelatan periode kepemimpinan nasional. Kok, bisa diselenggarakan swasta dan diatur-atur. Kemudian seperti reality show," ungkap dia.
Menurut Effendi, waktu calon presiden berbicara terpangkas ketika swasta dilibatkan menyelenggarakan debat. Capres tak berdebat pada hal substansial saat waktu berbicara terpangkas.
"Ya, sudah bahasa yang dikonsumsi hanya untuk kepentingan media. Esensinya enggak ada jadinya," katanya.
Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Ady Prayitno yang dalam kesempatan itu juga menjadi narasumber, menceritakan sebuah pengalaman saat dirinya berada di tengah masyarakat.
Menurut Ady, masyarakat berharap agar Pemilu dilaksanakan setiap tahun. Alasan mereka ingin Pemilu sering dilaksanakan sebab setiap menjelang Pemilu, banyak orang datang, bersikap baik, serta memberi sumbangan baik itu sembako, sajadah, maupun kebutuhan lainnya.
Menurut Ady, ini sebenarnya sebuah sindiran terhadap Pemilu yang terjadi di Indonesia.
“Pemilu hanya diukur dari segi logistik saja,” paparnya.
Mengabaikan pelaksanaan Pemilu adalah membiarkan Pemilu curang dan proses yang tak semestinya. Bila yang demikian terjadi, siapa pun yang terpilih akan menurunkan derajat bangsa dan menghasilkan citra yang buruk di dunia internasional.
- Memahami Gagasan Presiden Prabowo Tentang Mengurangi Ketergantungan dengan Negara Lain
- Hidayat Nur Wahid Serukan Konsistensi Perjuangkan Palestina Merdeka di Milad ke-23 PKS
- Beri Kuliah Program Doktor, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Keseimbangan Demokrasi dan Hukum
- Waka MPR: Upaya Pemberdayaan Perempuan Bagian Langkah Strategis
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa