Jabar-Banten Terendah Tingkat Toleransinya

Jabar-Banten Terendah Tingkat Toleransinya
Jabar-Banten Terendah Tingkat Toleransinya
Dia melanjutkan, para pelaku kemudian melakukan pemaksaan kepada tertuduh untuk meninggalkan atau mengganti keyakinannya. Modusnya bisa dengan mengadili, mengintimidasi, hingga mengkriminalkan. ”Termasuk diikuti penyerangan fisik dan penyebaran kebencian,” beber Yenny, kembali. Sikap intoleran dan diskriminatif juga terwujud dalam pembatasan rumah ibadah, baik gereja, wihara, maupun masjid. Terdapat pula ancaman kekerasan dan intimidasi terhadap penganut agama lain.

Masih dari hasil pantauan Wahid Institute, pelaku tindakan intoleran dan diskriminatif tersebut didominasi oleh masyarakat sipil, yaitu 116 kasus (83 persen). Sisanya, dilakukan oleh pemerintah. Jika diturunkan lagi, hasil pantauan mengungkap diantara pelaku masyarakat sipil, ormas-ormas berbasis agama atau yang beratribut agama tertentu yang mendominasi sebagai pelaku. Yaitu, 94 kasus atau sekitar 55 persen.

”Jika kita khususkan lagi, ternyata FPI di berbagai daerah masih menjadi pelaku intoleransi tertinggi,” beber Yenny. Yaitu, dengan 24 tindakan atau sekitar 30 persen dari pelaku intoleransi yang dilakukan ormas. Menyusul selanjutnya, MUI berbagai daerah (11 kasus), FUI (9 kasus), Gerakan Reformasi Islam (4 kasus), NU berbagai daerah (4 kasus), Geram (3 kasus), Muhammadiyah berbagai daerah (2 kasus), dan banyak ormas-ormas lainnya. (dyn)


Berita Selanjutnya:
SBY Kritik Industri Televisi

JAKARTA – Provinsi Jawa Barat dan Banten merupakan daerah dengan tingkat toleransi antarumat beragama paling rendah, selama 2010. Laporan The


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News