Jangan Jerumuskan TNI-Polri Dalam Politik Praktis di Pilpres 2024

Jangan Jerumuskan TNI-Polri Dalam Politik Praktis di Pilpres 2024
Guru Besar Politik, Ketahanan, dan Keamanan Universitas Padjadjaran (UNPAD) Muradi menilai netralitas TNI dan Polri harus dijaga. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Politik, Ketahanan, dan Keamanan Universitas Padjadjaran (UNPAD) Muradi menilai netralitas TNI dan Polri harus dijaga karena berkenaan dengan citra lembaga negara di hadapan publik.

“ASN, TNI, Polri, kemudian BIN itu harus berada dalam posisi yang menjaga jarak. Dalam konteks TNI/Polri, mereka kan punya kultur komando, jiwa korsa yang pada akhirnya itu akan membuat tidak objektif di mata publik,” tegas Muradi di Jakarta, Kamis (16/11/2023).

Terkait pelibatan TNI-Polri dalam pemenangan salah satu paslon, Muradi menyampaikan bahwa para personel TNI-Polri pun menginginkan agar mereka bisa bekerja profesional.

“Itu kemudian yang menjadi diskursus di internal TNI/Polri. Mereka menginginkan tentara yang profesional. Jadi, kalau kita diskusi, tidak ingin mereka ditarik ke sana-sini,” ujar Muradi yang juga mengajar di banyak lembaga pendidikan polisi dan tentara itu.

Muradi meneguhkan semangat internal TNI/Polri yang hanya ingin profesional. "Posisi mereka selalu mengatakan bahwa tentara profesional atau polisi profesional adalah tentara/polisi yang bisa menjalankan fungsi dan tugasnya secara objektif dan profesional," ujar Muradi.

Menurut Muradi, sikap profesional itu membuat lembaga mereka dapat berdiri tegak di kancah nasional maupun internasional.

"Sebab, dengan sikap profesional itu mereka bisa lebih berdaya dan punya wibawa di mata publik dan internasional," ungkapnya.

Muradi menerangkan telah ada pernyataan terbuka dari petinggi TNI/Polri bahwa mereka netral dalam pemilu.

Guru Besar Unpad Muradi menilai netralitas TNI dan Polri harus dijaga karena berkenaan dengan citra lembaga negara di hadapan publik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News