Jokowi: Demokrasi Kita Sudah Terlalu Kebablasan
’’Kebencian, fitnah, kabar bohong, saling memaki, saling menghujat, ini kalau kita terus-teruskan bisa menjurus pada pecah belah bangsa kita,’’ lanjut mantan wali kota Solo itu.
Perilaku-perilaku tersebut, kata dia, bisa membuat tenaga dan pikiran seluruh elemen bangsa terbuang sia-sia.
Akibatnya, lanjut Jokowi, kewajiban untuk menyejahterakan rakyat berpotensi dilupakan karena sibuk mengurusi hal-hal tersebut.
Karena itu, untuk mengimbangi demokrasi yang kebablasan, satu-satunya cara adalah penegakan hukum. Aparat hukum harus tegas dan tidak boleh ragu dalam menangani persoalan.
Meski demikian, Jokowi juga meyakinkan masyarakat bahwa Indonesia masih utuh.
’’Bangsa kita masih bersatu,’’ tegas presiden 55 tahun itu.
Dia mengingatkan, Indonesia merupakan bangsa yang sangat majemuk.
Kemajemukan itu sudah lama menjadi ciri khas serta identitas Indonesia sebagai sebuah bangsa dan tidak akan hilang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) beranggapan, demokrasi yang berkembang akhir-akhir ini sudah tidak pada tempatnya.
- Beri Kuliah Program Doktor, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Keseimbangan Demokrasi dan Hukum
- Forum Purnawirawan TNI Usul Copot Wapres Gibran bin Jokowi, Pengamat: Ekspresi di Negara Demokrasi
- Jokowi Tempuh Jalur Hukum Perihal Tudingan Berijazah Palsu, Pengamat Politik Boni Hargens: Ini Pelajaran Berdemokrasi
- Soal Tuduhan Ijazah Palsu Kepada Jokowi, Pengamat: Kegagalan Memaknai Demokrasi dan Cara Beroposisi yang Sehat
- Pengamat BRIN: Wapres Gibran Berperan untuk Perkuat Demokrasi Sipil
- Pengamat Politik IPI: Gibran Berperan Penting Merawat Demokrasi Sipil