Jokowi, Menteri dan Tim Sepak Bola

Jokowi, Menteri dan Tim Sepak Bola
Presiden Joko Widodo. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Pimpinan Ombudsman RI La Ode Ida mengibaratkan presiden, wakil presiden dan anggota kabinet sebagai tim sepak bola yang sedang bertanding. Tujuan utamanya adalah mencetak gol sebanyak mungkin meraih kemenangan. Siapa pun yang memasukkan gol ke gawang menurut Ida, bukan karena kerja sendiri, tapi hasil kerja tim.

"Syarat utama untuk menang adalah kerja tim yang padu dari para pemain yang bermodalkan skill tinggi melalui latihan bersama dalam waktu lama. Tiap pemain pun saling mengenal karakter sehingga bisa kontak batin dalam melakukan passing dari kaki ke kaki," kata Ida, di Jakarta, Kamis (3/3).

Tapi begitulah lanjut Ida, tim sepak bola yang bernama Kabinet Kerja ini tidak mempertontonkan permainan indah karena sebagian ber-skill rendah sehingga tak kompak. Terjadi saling serang.

"Presiden Joko Widodo sebagai manajer tim terkesan tak berwibawa, di mana sebagian pesannya diabaikan. Presiden, seperti disampaikan juru bicara presiden Johan Budi, tersinggung dan marah akibat kegaduhan di internal timnya yang sudah sampai pada persoalan pribadi," ujar Ida.

Jokowi layak marah, karena sadar betul akan filosofi tim sepak bola. Apalagi sudah berada pada semester pertama tahun kedua pemerintahannya belum juga menunjukkan keberhasilan yang signifikan, baik dalam pembangunan fisik maupun kesejahteraan rakyat. "Justru yang terjadi antara lain gelombang PHK dan hengkangnya sejumlah investasi asing, termasuk di dalamnya kian lebarnya kesenjangan sosial di perkotaan," ungkap Ida.

Menurut Ida, ini risiko manajemen pemerintahan negara yang sarat beban politik. Jokowi sendiri lanjutnya, mungkin tak kenal karakter, rekam jejak dan kepentingan para pembantunya, di samping belum memiliki teman dan pengalaman banyak di level nasional, juga harus mengakomodasi figur titipan para pihak yang berkepentingan menikmati kekuasaan. "Sebagai manajer tim sepak bola tanpa pelatih, itu sulit mencetak goal," tegasnya.

Pertanyaannya, apakah sikap kritis dan saling serang di antara sebagian menteri itu selalu dianggap keliru? "Menurut saya tidak selamanya itu salah. Justru harusnya jadi peluang untuk mengetahui watak dan mendeteksi kepentingan masing-masing. Kalau suatu kritik berargumen kuat dengan orientasi untuk kepentingan rakyat, harusnya diposisikan sebagai anggota tim yang benar dan mustinya diapresiasi oleh Jokowi," saran mantan Wakil Ketua DPD RI ini.

Sebaliknya ujar dia, jika ternyata memiliki muatan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, maka harusnya segera disingkirkan. Artinya kata Ida, Jokowi harus bersikap membersihkan para anggota tim yang hanya memanfaatkan jabatan untuk kepentingan dan atau kelompok tertentu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News