Jualan Suvenir Omzet Rp 286,7 Juta per Bulan, Wow!

Jualan Suvenir Omzet Rp 286,7 Juta per Bulan, Wow!
SUDAH TIGA TAHUN: Agus Sudrajat di toko suvenirnya di Tokyo. Toko itu jadi jujukan turis karena harga barangnya lebih murah daripada di toko lain. Foto: Narendra Prasetya/Jawa Pos

Kini, setelah tiga tahun berjalan, usaha Agus itu telah berbadan hukum resmi sejak Juni 2016 dengan nama JSS International Co Ltd.

Mengapa Agus bisa menjual barangnya lebih murah daripada di toko lain? Usut punya usut, karena Agus mengambil barang-barang dagangannya dari produsen langsung tanpa melalui distributor seperti kebanyakan toko.

Selain itu, Agus bersedia barter kreativitas dengan produsen suvenir, tempat dia kulakan. Pria yang masih kental logat Sundanya tersebut sering membuatkan desain-desain gambar untuk diproduksi di perusahaan itu.

Di antaranya menjadi gantungan kunci, tempelan kulkas, sampai kakejiku (hiasan dinding dari kain yang bisa digulung).

”Saya tidak minta hak cipta dari desain saya itu. Saya hanya meminta harga khusus,” ungkap Agus. Bagi produsen, cara tersebut bisa menghemat biaya desain.

Tak heran bila Agus berani memasang harga murah. Gantungan kunci, misalnya, dengan bentuk dan bahan yang sama, di toko lain dijual JPY 500 (Rp 58 ribuan) per buah. Tetapi, di JSS harganya hanya JPY 350 (Rp 40 ribu).

Begitu juga kakejiku. Di tempat lain harganya antara JPY 1.200 (Rp 137 ribu) hingga JPY 1.400 (Rp 160 ribu). Sedangkan di JSS harganya bisa separonya.

Dengan harga yang murah itu, toko Agus menjadi jujukan para turis. Terutama dari Indonesia yang merasa familier.

JPNN.com – Jika Anda sedang berlibur ke Tokyo, Jepang, mampirlah ke Japan Souvenir Shop (JSS) untuk membeli suvenir. Ditanggung Anda kerasan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News