Kadhafi Terdesak di Kota Kelahiran
Qatar Akui Pemberontak Wakil Libya
Selasa, 29 Maret 2011 – 05:05 WIB

Pemberontak Libya mengepung Kota Sirte yang merupakan kota kelahiran Moamar Kadhafi. Foto : REUTERS
AJDABIYA - Pertanyaan besar kini pantas diajukan kepada pasukan koalisi: Apa sebenarnya prioritas mereka, melindungi warga sipil atau menjatuhkan rezim Muammar Kadhafi. Itu muncul setelah kemarin (28/3) pasukan yang dimotori Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis tersebut memutuskan untuk mengambil langkah kontroversial: menggempur Sirte. Dari perspektif tersebut, koalisi tak punya alasan untuk menyerang kota berpenduduk sekitar 140 ribu jiwa itu. Namun, koalisi di bawah kendali NATO toh tetap menggempur.
Langkah itu kontroversial karena sejak Revolusi Libya mulai meletus 15 Februari lalu, tak pernah ada gerakan anti-Kadhafi di sana. Sebab, Sirte adalah kota kelahiran sang kolonel sekaligus pusat kekuatan pro pemerintah.
Baca Juga:
Otomatis pula, tak ada pembantaian warga sipil di kota yang pernah diusulkan oleh Kadhafi sebagai ibu kota Libya tersebut. Padahal, mencegah pembantaian sipil adalah klaim yang selama ini dikumandangkan oleh koalisi sebagai argumen untuk menggempur negeri di Afrika Utara itu dari udara.
Baca Juga:
AJDABIYA - Pertanyaan besar kini pantas diajukan kepada pasukan koalisi: Apa sebenarnya prioritas mereka, melindungi warga sipil atau menjatuhkan
BERITA TERKAIT
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Sekjen PBB Tegaskan Serangan Israel Pelanggaran Terhadap Kedaulatan Suriah
- Uni Eropa Mendesak Israel Segera Cabut Blokade & Buka Akses Bantuan ke Gaza
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Irlandia Desak Israel segera Buka Blokade ke Gaza
- 2 Mei 1945 dan Kisah Muslim Pahlawan Pengibar Bendera Palu Arit