Kangen Wamen

Oleh Dahlan Iskan

Kangen Wamen
Foto: disway.id

jpnn.com - Saya dulu tidak ingin punya wamen. Dalam hati. Tapi saya tidak punya hak untuk menentukan.

Ada wamen bisa punya potensi konflik. Meski juga bisa berbagi pekerjaan.

Namun Bapak Presiden (waktu itu Pak SBY) memberi saya wamen. Saya tidak tahu ada rencana seperti itu.

Baca Juga:

Mungkin beliau punya pertimbangan sendiri. Misalnya karena beliau melihat saya ini bukanlah birokrat. Yang suka terobos sana terobos sini. Harus punya pendamping. Agar tidak liar.

Saya pun tidak pernah bertanya mengapa diberi wamen. Bapak Presiden juga tidak pernah menjelaskan mengapa ada wamen untuk Kementerian BUMN.

Tiba-tiba saja saya dilantik menjadi menteri bersama wamen. Sehari sebelum dilantik saya memang dipanggil ke istana. Bersama empat orang calon menteri lainnya. Namun tidak ada informasi mengenai wamen itu.

Baca Juga:

Baru di saat pelantikan saya kenal wamen itu. Baru sekali itu pula bertemu orangnya: ganteng, berkulit putih, berkacamata, dan banyak senyum.

Saya pun segera tahu bahwa beliau sudah lama di BUMN. Sejak sebelum BUMN lahir --sebagai pecahan dari Kementerian Keuangan.

Beliau adalah pejabat di Kementerian Keuangan. Yang mengurus bagian usaha negara.

Saya tidak pernah bertengkar dengan wamen. Di luar maupun di dalam selimut. Saya juga tidak pernah mengajak wamen ikut kunjungan ke mana-mana. Agar lebih produktif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News