Kangen Wamen

Oleh Dahlan Iskan

Kangen Wamen
Foto: disway.id

Sejak awal karier beliau di Kementerian Keuangan. Ketika bagian itu dipisah menjadi kementerian sendiri beliau diikutkan pindah ke kementerian pecahan itu.

Saya pun segera tahu diri mengapa diberi wamen. Meski saya akan lebih senang tanpa wamen. Agar tidak perlu tenggang rasa. Yang bisa menghambat kecepatan langkah.

Saya langsung berpikir positif. Langsung menerima keadaan. Langsung move on.

Selesai pelantikan saya salami wamen saya itu. Saya ajak kenalan. Lalu saya ajak masuk mobil saya --yang parkir di halaman istana.

"Bapak di depan. Saya yang setir. Istri kita biar duduk di belakang," ujar saya.

Kami pun meninggalkan istana. Menuju gedung kementerian. Yang letaknya di seberang istana. Dipisahkan oleh taman Monas yang luas.

Di dalam mobil itulah kami bicarakan pembagian tugas. Agar tidak akan saling bertabrakan.

Saya sampaikan bahwa saya ini pengusaha. Hanya lulusan pesantren. Tidak pernah di birokrasi. Tidak tahu birokrasi. Bahkan cenderung membenci birokrasi.

Saya tidak pernah bertengkar dengan wamen. Di luar maupun di dalam selimut. Saya juga tidak pernah mengajak wamen ikut kunjungan ke mana-mana. Agar lebih produktif.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News