Kasus Pencabulan, Belum Tentu Mereka Anak Nakal

Kasus Pencabulan, Belum Tentu Mereka Anak Nakal
AWAKMU KOK NGENE LE...: Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kiri) mendengarkan keterangan MI, salah satu pelaku yang masih SD, di Mapolrestabes Surabaya kemarin. Tiga di antara delapan pelaku masih duduk di bangku SD dan lima lainnya siswa SMP. FOTO: AHMAD KHUSAINI/JAWA POS

jpnn.com - SURABAYA--Kasus pencabulan anak mengguncang Kota Surabaya. Kemarin (12/5) Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya menangkap delapan pelaku pencabulan anak di bawah umur.

Ironisnya, para pelaku pencabulan itu juga anak di bawah umur. Korbannya Bunga (nama samaran) yang baru berusia 13 tahun. Dari 8 pelaku, 5 orang masih duduk di bangku SMP. Sisanya -ini yang lebih memprihatinkan- malah masih SD. Mereka tinggal di satu lingkungan yang sama, yakni daerah Kalibokor Kencana, Surabaya.

Meski begitu, Nonot Suryono, pembina Surabaya Children Crisis Centre (SCCC) menilai, delapan pelaku tersebut tidak bisa serta-merta dicap sebagai anak nakal. Bisa jadi, mereka juga menjadi korban dalam penyimpangan tersebut.

"Harus dikorek apa dan mengapa hal itu terjadi," tegas Nonot. Motivasi mereka perlu diungkap secara gamblang. Pemerintah harus bijaksana dalam menanggapi permasalahan tersebut. Tidak hanya mencari kesalahan anak.

Harus ada pemulihan melalui rehabilitasi bagi mereka. Recovery tersebut bertujuan untuk membina anak-anak. Terkait dengan penahanan terhadap delapan anak yang diduga sebagai pelaku, Nonot menilai bisa ditangguhkan. Apalagi bila ada pihak yang menjamin. Dengan begitu, anak-anak tidak perlu ditahan.

Pendamping dari SCCC Anis Sadah menjelaskan, pelaku baru dimintai keterangan polisi hari ini. Tiga anak masih duduk di bangku SD. Berdasar ketentuan, proses hukum mereka tidak dapat dilanjutkan. Untuk yang duduk di bangku SMP, pemeriksaan belum selesai.

"Dites urine semua. Hasilnya negatif," katanya. Artinya, tidak ada anak yang mengonsumsi narkoba. Menurut Anis, berdasar pengakuan anak yang didampingi, mereka melakukan tindakan tersebut karena meniru dari internet dan gambar-gambar cabul yang mereka lihat.

Anis menambahkan, pengawasan terhadap mereka selama ini sangat longgar. Mereka juga kurang kasih sayang. Sebab, orang tua mereka rata-rata sibuk bekerja. Ada yang berjualan sayur-mayur di pasar sampai kuli angkut sampah. "Jadi, anak ini asyik dengan dunianya sendiri dan teman-temannya," tegas Anis. Untuk mengetahui motivasi korban, menurut Anis, perlu dilakukan penelusuran yang lebih dalam. Benar tidak dia dicabuli sejak kecil. .  (eko/may/c6/oni/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News