Kawasan Nondemokrasi

Oleh: Dahlan Iskan

Kawasan Nondemokrasi
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Mungkin saja janji tersebut akhirnya akan dipenuhi. Kelak. Kapan-kapan. Setelah militer merasa aman –bahwa partai yang mereka dukung yang akan menang. Apa pun caranya. Seperti yang terjadi di Thailand sekarang.

Senin pagi itu banyak penduduk tidak tahu apa yang terjadi. Orang-orang tetap ramai pergi ke pasar. Hanya mereka lihat banyak mobil tentara di jalan-jalan raya.

Saya jadi ingin ke Myanmar lagi. Apakah benar ekonominya tidak semenggeliat Kamboja. Waktu saya ke sana tujuh tahun lalu, terlihat di jalan-jalan sudah banyak mobil Jepang.

Saya sempatkan naik kereta apinya yang sangat kumuh. Tapi pinggiran sungai di tengah kota sudah mulai ada tamannya. Banyak yang senam di situ. Saya pun ikut gabung mereka bersenam ria.

Selama tujuh tahun berdemokrasi Myanmar tidak terlalu menarik perhatian dunia. Ekonominya juga biasa-biasa saja. Bahkan empat proyek raksasa di bidang ekonomi tidak jalan.

Dua di antaranya kawasan industri khusus di daerah selatan yang miskin. Yang satu ditangani Thailand dan Jepang. Satunya lagi proyek Obor dari Tiongkok.

Dua proyek itu sudah berumur 8 tahun. Tapi tidak juga mulai berjalan. Begitu juga bendungan raksasa di bagian utara negara. Tersendat-sendat.

Proyek 'Thailand-Jepang' itu berada di 'leher' Semenanjung Melayu. Disebut Dawei Special Economic Zone. Pelabuhan raksasa, jalan tol menuju perbatasan Thailand dan kawasan industri dibangun di sini. Macet. Sampai sekarang.

Kalau Myanmar tanpa demokrasi, maka tinggal Malaysia yang mulai belajar dan Indonesia yang lagi berjuang entah ke mana.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News