Kegeraman Pak Harto di Lubang Buaya, lalu Beda Paham dengan Bung Karno

Kegeraman Pak Harto di Lubang Buaya, lalu Beda Paham dengan Bung Karno
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen tersebut merupakan penanda tentang peristiwa G30S/PKI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Saat itu Soeharto masih menganggap pernyataan Presiden Soekarno bahwa TNI AU tidak terlibat G30S memang ada benarnya.

Walakin, tokoh militer asal Bantul, Yogyakarta, itu juga punya pendapat lain.

"Tidak mungkin tidak ada hubungan antara oknum-oknum anggota AU dengan peristiwa ini," tuturnya.

Oleh karena itu, Soeharto pun mengharapkan TNI AU bertindak tegas. "... agar AU membersihkan anggota-angota yang terlibat di dalam petualangan ini."

Selanjutnya, tujuh jenazah tersebut dibawa ke RSPAD untuk diautopsi, lalu disamayamkan di Mabes TNI AD.

Pemakaman dilakukan pada 5 Oktober 1965 atau bertepatan dengan HUT ke-20 ABRI.

Saat itu, milad angkatan bersenjata yang lazimnya diwarnai sukacita justru penuh dukacita.

Masing-masing jenazah Pahlawan Revolusi dibawa dengan panser dari Mabes TNI AD menuju TMP Kalibata.

Setelah menyaksikan pengangkatan jenazah di Lubang Buaya, Soeharto langsung memprioritaskan penumpasan PKI di Jakarta maupun daerah lain.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News