Kegeraman Pak Harto di Lubang Buaya, lalu Beda Paham dengan Bung Karno

Kegeraman Pak Harto di Lubang Buaya, lalu Beda Paham dengan Bung Karno
Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Monumen tersebut merupakan penanda tentang peristiwa G30S/PKI. Foto: Ricardo/JPNN.com

Soeharto juga ingat pidato Pak Nas saat melepas jenazah para Pahlawan Revolusi.

Berpidato tanpa teks, Pak Nas menyatakan para perwira TNI AD itu gugur akibat fitnahan dan dituduh pengkhianat oleh orang-orang yang tidak bermoral.

"Fitnah lebih jahat daripada pembunuhan," kata Soeharto mengutip Pak Nas.

Setelah menyaksikan pengangkatan jenazah di Lubang Buaya, Soeharto langsung memprioritaskan penumpasan PKI di Jakarta maupun daerah lain.

"Saya mesti mengadakan pengejaran, pembersihan, dan penghancuran," kisahnya kepada G Dwipayana dan Ramadhan KH yang menulis 'Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya' itu.

Soeharto juga menunjukkan sikapnya yang berbeda dengan Presiden Soekarno dalam memandang G30S.

Sikap tokoh bergelar Panglima Besar Revolusi tidak sejalan dengan langkah dan tindakan yang dilakukan Soeharto.

"Lebih-lebih perbedaan paham itu terasa setelah Bung Karno mengatakan bahwa apa yang terjadi dengan G30S itu hanyalah een rimpeltje in de oceaan (sebuah riak kecil di samudra)," tuturan Soeharto.

Setelah menyaksikan pengangkatan jenazah di Lubang Buaya, Soeharto langsung memprioritaskan penumpasan PKI di Jakarta maupun daerah lain.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News