Kekeringan Mengancam Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong

Kekeringan Mengancam Palu, Donggala, Sigi dan Parigi Moutong
Koordinator Analisa dan Pengolahan Data Stasiun Meteorologi Kelas II Affan Nugraha Diharsya. Foto: Muhammad Hajiji/Antara

Hal itu seiring kecenderungan masyarakat atau kebiasaan masyarakat di Sulteng membuka lahan dengan cara membakar hutan. "Perlu diwaspadai meluasnya kebakaran lahan," kata Affan.

Selanjutnya, perlu diantisipasi terjadinya dehidrasi, karena panas yang dirasakan jauh lebih terik, dapat meningkatkan dehidrasi yang sangat tinggi, pada masyarakat, balita dan anak-anak.

Perlu juga diantisipasi wabah penyakit tenggerokan dan infeksi saluran pernapasan seiring tingkat debu yang terbawa oleh angin meningkat, akibat dari kekeringan. "Wabah inflensnya juga bisa berpotensi. Olehnya, masyarakat waspada terhadap potensi-potensi tersebut," ujar dia.

Affan menyebut bahwa Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Aljufri Palu, memantau adanya beberapa daerah di Sulteng yang sebelumnya berpotensi dilanda kekeringan yaitu Kabupaten Tojo Una-una, Poso dan Buol.

"Update tanggal 18 Agustus, kekerigan sudah menghilang. Hot spot untuk wilayah Sulteng terpantau suda mulai menghilang, dari sebelumnya terpantau tiga titik hot spot," sebut Affan.

Ia menambahkan, setelah tiga itu, terpantau tiga titik berikutnya yakni Donggala, Palu dan Sigi. Untuk Donggala, berada di wilayah Pantai Barat, Sigi di bagian Pipi Koro, dan Palu di Kota Palu. (muhammad hajiji/ant/jpnn)


Kekeringan berpotensi menimbulkan dehidrasi, wabah penyakit tenggorokan hingga infeksi saluran pernapasan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News