Kelong Bay

Oleh: Dahlan Iskan

Kelong Bay
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - BEGITU sulit menyusun acara kuliner di Batam, apalagi hanya satu hari. Terlalu banyak yang akan dimakan. Terlalu kecil ruang di perut yang tersedia. Terutama setelah bertekad mempertahankan diri: agar tidak kembali berpipi tembem.

Yang sudah pasti: harus ke roti canai. Yang juga pasti: durian. Yang tidak boleh tidak: gonggong. Yang wajib: resto Padang Sederhana.

Kelong Bay

Baca Juga:

Semua harus dimakan. Namun, waspada. Keesokan harinya masih akan ke Medan. Di sana daftar kulinernya juga panjang. Bisa lupa komitmen, tetapi saya tidak lupa.

Maka saat sarapan, minimalis saja. Toh di mana-mana makanan hotel mirip belaka.

Olahraga harus diperpanjang. Pagi itu kami bisa senam di teras lantai 25. Sambil memandang danau besar yang dikelilingi hutan.

Baca Juga:

Dari lokasi senam yang begitu tinggi itu juga bisa melihat Batam Center. Terutama karena ada penanda baru di sana: Meisterstadt Pollux Habibie. Menonjol sekali. Bagus banget. Rasanya inilah lokasi senam tertinggi yang pernah saya lakukan. Bersama lima orang cantik-cantik. Hanya saya laki-lakinya. Laki-laki tua.

Dari teras lantai 25 ini terlihat juga kawasan industri. Juga dikelilingi bukit dan hutan. Kesan saya: seperti lagi di luar kota Dusseldorf, Jerman. Hutan, danau, industri seperti ditata sempurna.

BEGITU sulit menyusun acara kuliner di Batam, apalagi hanya satu hari. Terlalu banyak yang akan dimakan. Terlalu kecil ruang di perut yang tersedia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News