Keluarga Istana Bahrain pun Terbelah
Minggu, 20 Maret 2011 – 18:18 WIB
Orang-orang di pemerintahan pun memahami adanya perpecahan di kalangan keluarga Al Khalifa. Putra sulung Raja Bahrain Syekh Hamad bin Isa Al Khalifa, 61, tersebut mewakili simbol moderat karena keinginannya untuk berdialog dengan demonstran.
Baca Juga:
Sebaliknya, paman sang raja, Pangeran Khalifah bin Salman Al Khalifa, 75, yang menjadi perdana menteri Bahrain selama lebih dari 40 tahun (sejak 1971) itu berada dalam kelompok "konservatif".
Karena itu, Syekh Hamad terjebak di tengah dua kutub ekstrem di pemerintahannya (keluarganya) tersebut. Pada satu sisi, raja yang berkuasa sejak 14 Februari 2002 (menggantikan sang ayah, Syekh Isa bin Salman Al Khalifa, yang wafat) tersebut telah mengizinkan putranya memegang peran penting dalam menangani krisis politik di Bahrain. Namun, ketika tanda-tanda solusi hampir saja dicapai, kubu konservatif langsung mengintervensi.
Beban Syekh Hamad sebagai penguasa tertinggi makin bertambah dengan tekanan dari luar negeri. Salah satunya datang dari negara tetangganya, Arab Saudi. Dua pekan lalu, sumber dekat Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Pangeran Nayef di Kota Riyadh menyatakan bahwa Istana Saud tidak akan dengan mudah membiarkan dinasti Al Khalifa jatuh.
MANAMA - Di tengah situasi Bahrain yang terus memanas saat ini, keluarga Al Khalifa yang menjadi penguasa di negeri kerajaan tersebut ternyata tidak
BERITA TERKAIT
- Soroti Kemiskinan di Negara Islam, Indonesia Desak OKI Ambil Tindakan
- Dubes Palestina di PBB: Sudah Tak Ada Gunanya Datang ke Sini
- Proyek IKN Mulai Dilirik Pemerintah dan Investor Belanda
- China Makin Ugal-ugalan di LCS, Kapal Misi Kemanusiaan Filipina Tak Diberi Ampun
- Rudal Rusia Sambar Tower Televisi di Kharkiv, Ukraina
- Dua Kelompok WNI Bentrok di Korsel, Ada Korban Tewas