Kementan Optimistis Bisnis Biofarmaka Bakal Jadi Primadona

Kementan Optimistis Bisnis Biofarmaka Bakal Jadi Primadona
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta-Magelang, Selasa (11/12). Foto : humas Kementan

“Mereka dididik ketat dan masuk asrama, tidur jam 11 malam dan bangun jam 3. Pada hari tertentu wajib berbahasa inggris dan juga rutin ada materi keagamaan. Praktek dengan bobot 70 persen. Diharapkan mereka nanti akan menjadi wirausaha yang tangguh dan berkelas dunia,” kata dia.

Di tempat terpisah, Jati Kuswardono, eksportir dari Yogyakarta mengatakan, ekspor jahe gajah dan jahe emprit ke Bangladesh sekitar 300 ton per tahun. Pasokan diperoleh dari petani di Cianjur, Sukabumi, Banjarnegara, Ponorogo dengan harga jahe gajah di petani berkisar Rp 4.500 hingga 7.000 per kg dan jahe emprit Rp 9.000 hingga 12.000 perkg.

Permintaan ekspor sangat tinggi, justru pasokan masih kurang dan agar kualitasnya masuk grade.

“Selain ekspor jahe, kita juga ekspor kentang granula ke Singapura, ekspor kemiri ke China. Juga ekspor sayuran baby buncis dari Wonosobo, Magelang, Semarang ke Singapura via Bandara Yogyakarta,” sebutnya.

Hal yang sama diungkapkan Iqbal, pelaku eksportir. Dia mengatakan ekspor terbesar ke Bangladesh, pasokan berasal dari Sukabumi, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, Pacitan dengan harga di petani berkisar Rp 6.000 sampai 7.000 perkg.

“Kunyit juga permintaan tinggi. Selain pasar Bangladesh dan Jepang, jahe juga dipasarkan ke Belanda,” tandasnya. (jpnn)


Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi optimistis prospek bisnis biofarmaka atau tanaman obat bakal menjadi primadona bagi generasi milenial.


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News