Ketika Garuda Tak Terbang

Ketika Garuda Tak Terbang
Ketika Garuda Tak Terbang
"Waktu hari pertama, kami hotelkan ada sekitar 737 penumpang. Kita kalikan saja jika rata-rata 300 ribu, mungkin sekitar Rp 220 juta," ujar Emirsyah, Selasa (23/11/2010).

Bahkan, kerugian akibat banyaknya jadwal penerbangan yang dibatalkan, menurut Emirsyah, bukanlah kerugian. Tetapi hanya kehilangan pendapatan. Yes, lost opportunity belaka. Logikanya, pesawat tidak jalan, tidak ada biaya keluar. Tetapi bukankah gaji awak Garuda jalan terus?

Bahkan bila keterkendalaan ini berlama-lama, bisa mempengaruhi neraca di akhir tahun. Di situlah ketahuan, perkara rugi atau untung. Sebab jika hanya perkara pesawat tidak jalan dan tidak ada biaya keluar, samalah artinya jika penerbangan distop setahun misalnya. Hanya sekedar lost oppoutunity belaka?

Efek lain adalah citra. Apalagi di era liberalisasi maskapai penerbangan yang semakin hari akan semakin kompetitif. Konsumen bebas menentukan dengan maskapai apa mereka terbang. Belum lagi akibat domino kepada kerugian pengguna jasa penerbangan dan kargo Garuda yang bermatarantai panjang. Wah, bagaimana ya, mengkalkulasinya?

SAYA masih menjadi jurnalis pemula di tahun 1970. Redaktur koran tempat saya bekerja meminta meliput panen nilam di Manduamas, Kecamatan Barus, Sumatera

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News