Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan

Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan
Ketika Ketua DPRD Tewas di Medan
Keberbedaan adalah takdir masing-masing. Siapa yang berharap lahir sebagai apa, menjadi Amerika, China, Arab atau Indonesia? Tiba-tiba Anda terlahir sebagai Muslim, Kristen, Buddha atau Konghucu. Tak sempat memilih, dan dibesarkan oleh masyarakat, kosmologi, bangsa dan ideologi yang berbeda dengan orang lain.

Memasuki sebuah partai pun adalah pilihan yang berbeda-beda, dan kepentingan menjadi berbeda, karena demikianlah hakikat politik. Yang dicoblos di bilik suara pasti calon presiden dan calon angota parlemen yang berbeda. Plis-plis saja sepanjang tak memaksakan pilihan kepada orang lain. Bahkan tidak memaksakan pilihan kepada diri sendiri, baik karena koncoisme atau segepok money politics.

Namun jika masyarakat masih mau menebangi pohon tanpa tujuan dan alasan atau yang tega dan tegar membunuh seekor ular, demokrasi menjadi ancaman. Berbahaya. Bahkan bisa berubah menjadi anarkis.

Keberbedaan telah ditanggapi secara negatif. Hanya karena seorang manusia bukan ular maka ia menganggap ular itu berbahaya dan bisa menyerangnya saat hendak bepergian. Padahal, ular itu tak pernah menganggap manusia berbahaya dan musuh bebuyutannya.

DEMOKRASI bisa cedera di sebuah masyarakat yang tak menghormati hak hidup pepohonan. Mahluk Tuhan yang tumbuh di perkampungan itu telah menjadi elemen

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News