Ketua PGRI: Sekolah Didirikan Bukan untuk Membela Palestina
"Bahkan guru-guru yang tidak punya kompetensi pedagogik akan gagal mengajar dan mendidik," kata kepala SMA Negeri 1 Parungpanjang ini lagi.
Upaya pemerintah saat ini dengan menghadirkan program Guru Penggerak, Sekolah Pengerak, lanjutnya, ending-nya adalah melahirkan pelajar berkahlak mulia.
Tiada lain adalah mengupayakan semua sekolah dapat melahirkan Pelajar Pancasila.
"Pelajar Pancasila bukanlah pelajar yang sejak masuk sekolah sampai diwisuda baik-baik saja," cetusnya.
Lebih lanjut dikatakan, sekolah adalah sebuah organisasi pembelajaran yang dipimpin kepala satuan pendidikan pembelajaran dan guru-guru pembelajar. Sebagai organisasi pembelajaran maka semua hal harus berwajah pembelajaran.
Anak yang nakal, sangat nakal dan hampir di luar batas adalah bagian dari tugas entitas guru dan kepala sekolah agar anak tetap dilayani dengan baik. Tentu dengan layanan variatif sesuai karakter anak.
"Mengajar anak yang sudah baik, pintar, cerdas dan lahir dari keluarga baik-baik sangatlah mudah," ucapnya.
Nilai ibadah sebuah pekerjaan, kata Dudung, tentu bisa dilihat dari kesulitan dan kompleksitas pekerjaannya. Mengajari anak yang autis dengan menghina bangsa Palestina adalah bagian dari ibadah tenaga pendidik untuk membimbing dan mengarahkannya agar lebih baik.
ketua PB PGRI Dudung Koswara mengkritisi sikap sekolah yang mengeluarkan siswa yang menghina Palestina
- Kominfo Ajak Para Guru di Morowali Melek Digital
- Unicamp 2024, Membantu Guru & Siswa dalam Pengembangan Teknologi Edukasi
- 5 Berita Terpopuler: Jadwal Pendaftaran CPNS 2024, Guru P1 Negeri Diakomodasi, 150 Kursi Jalur Afirmasi
- Banyak Guru Terjerat Pinjol, Kemendikbudristek Optimalkan Formasi PPPK 2024
- Berkat PNM Mekaar Usaha Pensiunan Guru Ini Makin Berkembang
- Baru 26 Pemda Cairkan TPG, Dirjen Nunuk Turun Tangan, Instruksinya Tegas