Kini, Golkar Partai Sekoci

Kini, Golkar Partai Sekoci
Yunarto Wijaya. Foto: dok.JPNN

Bagaimana tanggapan Anda terkait adanya konflik yang sudah diwarnai keributan secara fisik itu?

Ya, karena ada dua fariabel itu tadi. Yang pertama ada upaya mengubah tradisi, yang kedua incumbent terlalu memaksakan diri maju lagi. Ini menjadikan suasana menjadi emosional. Ketika ada kelompok tertentu yang ingin melanggengkan kekuasaan sementara prestasinya tidak memuaskan, maka itu akan menjadi masalah.

Apa ini masih terkait dengan perseteruan antara Koalisi Merah Putih (KMP) versus Koalisi Indonesia Hebat (KIH)?

Persepsi itu memang tidak bisa dimungkiri. Golkar telah terjebak pada pertarungan besar pascapilpres. Ini menyangkut pertarungan besar antara KMP dengan KIH. Ini yang menyebabkan perseteruan di Golkar lebih panas.

Kira-kira, bagaimana nasib Golkar ke depan, apa mungkin pecah seperti PPP?

Memang, potensi itu ada karena akan ada munas tandingan. Siapa yang akan menang, sangat tergantung siapa yang lebih bisa menguasai DPD dan para pengurus DPP. Tapi saya juga melihat, ini juga sangat tergantung siapa yang lebih kuat mengintervensi, KMP atau KIH.

Apa maksudnya?

Seperti saya katakan tadi, Golkar telah terjebak pada pertarungan besar KMP dengan KIH. Golkar kini sudah menjadi partai sekoci. Golkar bukan lagi sebuah kapal besar yang perannya menentukan. Golkar telah mengalami degradasi.

RUNTUH sudah imej yang lama terbangun bahwa Golkar adalah partai modern yang lihai memenej konflik internal. Perseteruan memperebutkan kursi ketua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News