Kisah Agus, Sopir Truk yang Akhirnya Bertemu Presiden Jokowi

Kisah Agus, Sopir Truk yang Akhirnya Bertemu Presiden Jokowi
Agus Yuda, sopir truk, ditemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta (8/5). Foto Setpres

Agus menilai profesi sopir pengangkut barang sangat sentral dalam ekosistem aktivitas ekonomi di Indonesia. Tanpa adanya sopir pengangkut barang, distribusi hasil produksi tidak bisa tersalurkan. Karena itu, bukan hal yang berlebihan jika sopir menuntut negara mau memberikan jaminan keamanan.

”Karena kami seluruh driver Indonesia itu sebagai pendukung pemerintah. Tanpa adanya kami pendistribusian tidak akan lancar,” imbuh anggota Serikat Pengemudi Truk Nusantara (SPTN) tersebut.

Agus menceritakan, sejak dirinya menjadi sopir barang pada 2014, aksi pemalakan di jalanan telah menjadi menu keseharian. Dia dan juga ribuan orang yang berprofesi sama tidak punya banyak pilihan. Melawan bisa babak belur. Namun, jika menuruti, penghasilan mereka anjlok.

Berdasar pengalamannya menjadi sopir barang di Jawa dan Sumatera, aksi premanisme terjadi merata. Di Jawa praktik serupa masih terjadi. Khususnya di daerah yang belum memiliki jalan tol. ”Di Jawa itu masalah premanismenya biasanya di daerah Pasuruan, Probolinggo, sampai Banyuwangi,” kata dia.

Sedangkan di Sumatera kasus serupa hampir terjadi di semua kabupaten. Besaran uang palak tiap preman sangat beragam. Ada yang mau dikasih Rp 5 ribu, Rp 10 ribu, sampai Rp 20 ribu. Tapi, tidak jarang juga yang memaksa hingga ratusan ribu rupiah. Bagi sopir, kata dia, tidak ada pilihan untuk menolak. Sebab, nyawa jadi taruhan.

Bahkan, berdasar penuturan temannya, tidak sedikit pula yang diancam dengan menggunakan pisau di leher. Atau paling tidak, kaca truk bisa dibuat hancur.

Belakangan, lanjut Agus, aksi premanisme yang menyasar sopir pengangkut barang kian menggila. Di kawasan Sumatera banyak preman di berbagai lokasi yang mewajibkan truk harus berstempel. Tapi bukan stempel dari dinas pemerintah, melainkan stempel dari preman. Harga untuk mendapatkan stempel tidak mudah. Mencapai Rp 1 juta rupiah.

Kalau sudah punya stempel pun, para sopir tetap kena jatah dalam kunjungan selanjutnya. ”Paling kami ngelem (Rp) 5 ribu, 10 ribu, 20 ribu,” kata pria 30 tahun itu.

Jalan kaki menempuh 729 kilometer dari Mojokerto selama 23 hari, Agus Yuda, seorang sopir truk, akhirnya bertemu Presiden Jokowi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News