Kisah Anak SMP Korban Penculikan yang Ditinggal di Tengah Hutan

Kisah Anak SMP Korban Penculikan yang Ditinggal di Tengah Hutan
Ilustrasi. Foto: pixabay

Sang supir lalu membawa mereka menuju Km 14, lanjut KM 15, 16 hingga ke wilayah yang mereka tak ketahui. “Saya tanya, kita mau kemana om? Terus dia bilang jalan-jalan. Kami takut, terus kami tanya lagi, tapi dia suruh diam,”kata Renold tertunduk.

Mendengar perintah sopir yang berkata dengan nada tinggi. Renold dan ketiga rekannya memilih untuk bungkam. Dilihat jam tangannya, waktu telah menunjukkan pukul 17.00 WIT. Dia lalu melihat pemandangan di depan. Alun-alun Aimas. Sang sopir lalu membelokkan angkot menuju jalan aspal yang luas, di depan terlihat papan bertuliskan jalan Osok.

Dalam jalur itu, tak banyak rumah yang terlihat. Semakin jauh, tak ada tanda-tanda hunian. Yang ada hanya semak belukar dan pepohonan yang tinggi dan rindang. Mereka hanya bisa berdoa. Handphone di sakunya hanya sebagai penghias. Renold tak terpikirkan untuk menghubungi orangtuanya. Keringat dingin mulai membanjiri mereka. 

Tiba-tiba sebuah gedung bertuliskan kampus Nanibili terlihat. Nafas mereka terasa lega. Namun, sang sopir terus melaju. Kampus itu juga terlihat sepi. Waktu menunjukkan pukul 17.30 WIT. Matahari mulai tenggelam dalam temaram. 

Sang sopir lalu menghentikan mobil ia lalu menyuruh para siswa memberikan tas mereka. Puas menggeledah tas, sang sopir lalu memeriksa kantong baju dan celana para siswa malang itu. Setelah mendapatkan 2 handphone dan uang Rp 10 ribu dari saku para mangsanya. Sang sopir lalu kembali ke mobil. 

“Dia pergi terus bilang kami kalau dia mau mau pinjam hp kami. Saya sempat mau lawan, tapi saya takut nanti dia tikam. Lebih baik cari aman,”kata Sandi yang ada di samping Renold.

Melihat kepergian sang sopir beserta angkot. para siswa malang ini hanya bisa menatap kosong. sekeliling mereka tak ada rumah. Yang ada hanya pohon yang menjulang tinggi. Dengan langkah lemah, mereka berjalan. Mencoba untuk keluar dari tempat mengerikan itu. Pikiran mereka berkecamuk. Bagaimana jika ada binatang buas atau orang mabuk. 

Dengan tertatih mereka mengumpulkan tenaga untuk terus berjalan di jalan yang gelap. Hanya cahaya rembulan yang menerangi langkah kaki mereka. Waktu telah menunjukkan pukul 19.00 WIT. Di jalan yang luas itu, tak ada satupun kendaraan yang melintas.

MEMORI pahit tak bisa dilupakan Renold (13), satu dari tiga korban penculikan oknum sopir angkot yang merampok juga meninggalkan mereka di tengah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News