Kisah Anak SMP Korban Penculikan yang Ditinggal di Tengah Hutan

Kisah Anak SMP Korban Penculikan yang Ditinggal di Tengah Hutan
Ilustrasi. Foto: pixabay

jpnn.com - MEMORI pahit tak bisa dilupakan Renold (13), satu dari tiga korban penculikan oknum sopir angkot yang merampok juga meninggalkan mereka di tengah hutan.

Wajah Renold masih terlihat pucat. Sesekali dia menundukkan kepalanya, tangannya bertautan dengan kuat. Kakinya sesekali ia hentakan. Ia menarik nafasnya dalam, lalu  menghembuskannya dengan kasar. Ketakutan. Ekspresi itu yang terpancar dari wajahnya. "Ayo lihat benar bukan itu orangnya,” kata Ririn, ibu dari anak itu.

Mendengar perkataan ibunya, ia tetap menolak untuk beranjak dari kursi panjang yang ia duduki. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ririn tak menyerah, ia terus memaksa putranya untuk berdiri. Akhirnya Renold mengikuti langkah ibunya.

Menelusuri lorong dalam gedung itu. Ia lalu menemukan sekelompok pria dewasa berbadan tegap yang tengah berdiri. Mata Renold lalu tertuju pada sosok pria yang duduk dikepung para pria. Tangan pria itu dilipat ke belakang. “Benar ini orangnya dek?,” kata Iptu Gelora Tarigan seraya membuka topeng yang menutup wajah pria itu.

Tak ada jawaban yang dikatakan Renold. Mulutnya terkatup. Pandangannya seketika kosong. bayangan mengerikan seketika menghantui pikirannya. Tarigan kembali menanyakan Renold. Ia meminta jawaban pasti darinya. Karena hanya dia yang tahu identitas pria yang terduduk itu. Ririn juga turut meminta Renold untuk bersuara. Ia menyenggol putranya. “Iya benar, itu dia orangnya,” katanya datar dengan tatapan lurus.

Kalimat serupa dikatakan pria yang terduduk itu. ia mengaku mengenal Renold. Tak hanya Renold, tetapi juga ketiga teman Renold. Pria itu bernama Berto M. Tubuhnya kekar dengan tinggi 155 cm. Wajah Berto lalu ditutup kembali. Ia lalu digelandang menuju salah satu ruangan.

Sedangkan Renold, ia masih mengelus dada. Wajahnya masih pucat. Masih segar di ingatannya kejadian mengerikan pada Sabtu (4/9) sore itu. Sekitar pukul 16.00 WIT, Renold, Sandi, dan kedua rekannya baru selesai les di kawasan Km 12 depan Luxio, Sorong, Papua Barat. 

Mereka lalu berjalan kecil menuju taraffic light Km 12. Melewati jembatan. Seketika, ada sebuah mobil angkutan kota dari arah Km 11 yang berhenti. Dengan senyum ramah, sang sopir menyuruh mereka masuk. Mereka sempat menolak, lantaran arah rumah mereka berbeda. Namun, sang sopir berjanji akan mengantar mereka sampai ke tempat tujuan. “Kebaikan seseorang tak boleh ditolak” begitu batin mereka.

MEMORI pahit tak bisa dilupakan Renold (13), satu dari tiga korban penculikan oknum sopir angkot yang merampok juga meninggalkan mereka di tengah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News