Kisah Perjuangan Manggala Agni I: Tak Lelah Mendinginkan Bara Api di Bawah Kaki

Kisah Perjuangan Manggala Agni I: Tak Lelah Mendinginkan Bara Api di Bawah Kaki
Perjuangan Manggala Agni padamkan bara api. Foto: JPG

Di sini tim Manggala Agni tidak membuat embung. Mereka memanfaatkan air dari parit di tepi jalan, lalu menyambung selang demi selang hingga masuk ke dalam area terbakar. Lokasi cukup sulit karena tidak ada akses jalan.

''Kalau begini harus menebas semak belukar dan membuat jalan setapak lebih dulu, agar selang air bisa masuk,'' jelas Jusman.

Untuk membantu proses pemadaman dengan debit air yang sedikit, KLHK membekali tim Manggala Agni di lapangan dengan zat adiktif. Bahan kimia ini akan dicampur dengan air, dan disemburkan menggunakan alat pemadam bernama nozzle air.

Dengan alat ini air bercampur bahan kimia yang ramah lingkungan, disemburkan dengan tiga posisi. Melintang, menyebar, dan satu lagi dengan posisi seperti 'disuntikkan' ke dalam tanah atau lahan gambut.

''Zat ini sangat membantu mempercepat proses pemadaman maupun pendinginan, karena menutup sumber oksigen api,'' terang Jusman.

Siang mulai menyapa petang, tapi tim Manggala Agni sebagai garda terdepan pemadam dari KLHK, masih belum kunjung terlihat akan pulang.

Jusman mengatakan mereka harus benar-benar memastikan bahwa semua titik api dan titik asap sudah padam, atau paling tidak aman saat ditinggalkan.

''Di Pulau Rupat, meski saat ini sudah tak ada titik api lagi, namun tim Manggala Agni masih melakukan proses pendinginan yang penuh resiko. Bahkan ada yang harus tinggal di lokasi, sudah hampir satu bulan,'' ungkap Jusman.

Tim Manggala Agni sebagai garda terdepan pemadam karhutla dari KLHK jarang pulang ke rumah karena harus tinggal di hutan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News