Kisah Perjuangan Manggala Agni IV : Demi Mencegah Titik Api, Rela Tinggalkan Anak Istri

Kisah Perjuangan Manggala Agni IV : Demi Mencegah Titik Api, Rela Tinggalkan Anak Istri
Manggala Agni meninggalkan rumah demi cegah titik api. Foto: Ist

Paradigma kerja pengendalian Karhutla yang bergeser dari pemadaman menjadi pencegahan, dikatakan Raffles menjadi kunci utama penurunan hotspot (titik api) dalam kurun waktu tiga tahun terakhir di Indonesia. Titik api diatasi secara serius sebelum kian membesar.

Unsur penting lainnya karena keluarnya berbagai kebijakan berlapis, seperti moratorium izin di lahan gambut dan penegakan hukum lingkungan yang sangat tegas di era Menteri LHK, Siti Nurbaya.

Data satelit Terra/Aqua (NASA) menunjukkan penurunan signifikan jumlah hotspot periode 1 Januari- 5 Maret.

Pada periode ini di tahun 2015, Provinsi Riau membara dengan total 2.289 titik api, kemudian menurun 298 titik api di tahun 2019.

Jumlah luasan Karhutla di periode yang sama, juga menurun sangat signifikan. Dari 4.277 ha, turun menjadi 1.409 ha. Mayoritas keseluruhan yang terbakar berada di lahan gambut yang sulit dipadamkan.

''Dari data ini bisa terlihat, bahwa Karhutla khususnya di Riau, sangat dapat dikendalikan dengan baik. Jikapun masih ada Karhuta, pemerintah terus bekerja nyata di lapangan, Manggala Agni bersama tim terpadu lainnya terus siaga 24 jam di titik terdepan,'' jelas Raffles.

Hingga 5 Maret 2019, telah dilakukan sebanyak 966 kali pemadaman lewat udara (Water Boombing) dengan air yang dijatuhkan sebanyak 3.316.800 liter air. Kegiatan ini dilakukan oleh Helikopter KLHK, BNPB, dan pihak swasta.

Hingga 7 Maret 2019, Karhutla yang terjadi di wilayah Riau juga tidak sampai menimbulkan asap lintas batas ke negara tetangga.

Berkat Manggala Agni dan Satgas Gabungan kini tidak ada karhutla yang sampai menimbulkan asap lintas batas ke negara tetangga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News