Kisah Pertapa Maha Guru Aertrya Narayana, Ingin Moksa di Tengah Hutan
Menurut Komang Awit, berdasarkan penjelasan yang ia peroleh dari Sang Pertapa, semedi yang dilakukannya di tengah hutan tersebut bertujuan untuk mencapai moksa.
Awit menyebutkan Sang Pertapa sudah tidak takut lagi akan bahaya yang mengancam jiwanya saat berada di hutan.
“Beliau ingin moksa. Itu kan tersurat dalam ajaran Agama Hindu khususnya Catur Asrama dan Catur Purusha Artha. Apa pun risikonya di dalam hutan, termasuk dimakan binatang buas, berarti itu moksa,” kata Komang Awit sembari berjalan membawakan perlengkapan Sang Pertapa.
Bukan hanya itu. Sang Pertapa disebut Komang Awit memiliki banyak pengikut, yang berasal dari berbagai daerah.
Hanya saja pengikutnya tidak ikut tinggal di sana, tetapi sesekali saja mengunjungi Sang Pertapa.
“Pengikutnya ada yang dari Tejakula, Tajun, Tambakan, dan Pakisan. Mereka datang ke lokasi untuk menemui Sang Maha Guru untuk ikut bersemedi. Ini logistiknya seperti makanan dan dupa untuk keperluan para pengikutnya,” terangnya.
Terpisah, Kepala Desa Tambakan, Nyoman Surama menuturkan masyarakat Desa Tambakan, khususnya warga Dusun Sanglangki kelompok Padang Lumbung sempat dibuat waswas akan kehadiran Maha Guru Aertrya Narayana.
Pasalnya Sang Pertapa dianggap sudah mencemari mata air bersih menjadi andalan keberlangsungan hidup ratusan warga setempat.
Keberadaan pertapa bernama Maha Guru Aertrya Narayana di tengah hutan, di lereng perbukitan Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, Bali,
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor