Kisah tentang Kesabaran Guru Sekumpul Hadapi Penyakit

Kisah tentang Kesabaran Guru Sekumpul Hadapi Penyakit
Ketua MUI Banjar KH Fadlan Asy’ari bercerita kenangan tentang Guru Sekumpul. Foto: MUHAMMAD AMIN/RADAR BANJARMASIN

“Saya berdiri di samping beliau, memegang infus turun naik ketika ruku dan sujud,” kenangnya.

BACA JUGA: Kiai Ma'ruf Berlebaran di Banten, Sandiaga Masih di Amerika Serikat

Di lain kesempatan, berkali-kali, Guru Sekumpul mengajak jalan. Berkeliling rumah sakit, menyapa pasien lain. Biasanya setelah salat subuh, berbincang singkat lalu menyelipkan sejumlah uang dalam amplop.

”Infus tetap saya pegang, keadaan beliau tidak kalah sakit dari pasien lain. Masih sempat mendoakan serta memberikan bantuan tanpa diminta,” kata Guru Fadlan.

Ciri khas lain Guru Sekumpul tidak mau merepotkan orang lain. Salah satu buktinya, pasca-operasi dan rawat jalan Guru Sekumpul memilih mencari rumah sewaan di Bangil.

Sampai akhirnya diizinkan balik ke Martapura oleh tim dokter. Tinggal kontrol kesehatan di rumah sakit tiap 3 bulan sekali, memeriksa bekas operasi dan kesehatan.

“Tiap tiga bulan, Guru Sekumpul selalu ke Surabaya dan memeriksakan lagi kesehatan pascaoperasi. Saya tetap ikut membantu,” ujar Guru Fadlan.

BACA JUGA: Ngurah: Saya Mendapat Perintah Beri Pelayanan Terbaik ke Pak SBY dan Keluarga

Di sela mengaji dan mondok di Pesantren Datu Kelampaian, Bangil, Pasuruan, KH Fadlan Asy’ari melayani Guru Sekumpul di rumah sakit Islam Surabaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News