Klitih, Sejarah Premanisme di Yogyakarta & Petrus

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Klitih, Sejarah Premanisme di Yogyakarta & Petrus
Papan penunjuk arah Jalan Malioboro dan Jalan Pasar Kembang di Yogyakarta. Foto: dokumentasi JPNN.com

Saat itu angka kejahatan di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, begitu tinggi. Pemerintah Orde Baru pada saat itu melakukan operasi rahasia untuk memberantas kejahatan dengan menangkap dan membunuh para preman, perampok, gali, atau orang-orang yang dianggap mengganggu ketentraman masyarakat.

Pada 1983 ada 532 orang tewas karena tembakan. Tindakan pembersihan itu dilakukan tanpa melalui proses hukum atau keputusan pengadilan.

Baca Juga:

Mereka yang dicurigai sebagai gali, preman, dan bromocorah, diculik atau diciduk dari rumah maupun pinggir jalan. Keesokan harinya, mayatnya ditemukan tergeletak dalam sebuah karung di pinggir jalan dengan luka tembak.

Operasi street justice itu misterius karena penembaknya belum diketahui. Petrus berawal di DIY ketika Letkol M Hasbi selaku komandan Kodim 0734/Kota Yogyakarta melancarkan operasi pemberantasan kejahatan.

Operasi itu diawali dengan pendataan para pelaku kriminal. Orang-orang yang dianggap sebagai gali (gabungan anak liar) maupun preman dilaporkan hilang, kemudian ditemukan tak bernyawa lahi. Rata-rata dari mereka mengalami luka tembak di bagian kepala dan beberapa di bagian leher.

Salah satu cara yang digunakan dalam operasi Petrus ialah penculikan. Para gali, preman, atau pelaku kejahatan itu menjadi korban penghilangan orang secara paksa.

Mereka dijemput orang tak dikenal, dijebak oleh teman sendiri, dipanggil polisi ke kantor, bahkan ada yang diambil dari dalam penjara bagi mereka yang sedang mendekam di bui. Beberapa hari kemudian muncul berita di koran yang menampilkan penemuan mayat orang-orang bertato dengan dada tertembus peluru.

Akibat peristiwa itu, banyak preman yang akhirnya menyerahkan diri kepada aparat. Di antara para korban itu adalah tokoh gali yang terkenal di kalangan masyarakat Yogyakarta.

Salah satu preman legendaris Jogja yang turut jadi korban petrus ialah Samudi Blekok. Pada masa jayanya, Blekok adalah jagoan yang memiliki tubuh kuat, kekar, dan berkulit hitam.

Sejarah kriminalitas jalanan di Yogya merentang cukup panjang. Operasi Petrus atau penembakan misterius juga berawal di Yogyakarta.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News