KMA Ingatkan Pentingnya Kesantunan Dalam Bermedia Sosial

KMA Ingatkan Pentingnya Kesantunan Dalam Bermedia Sosial
KH Ma'ruf Amin. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, TANGERANG - Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1, K.H Ma'ruf Amin (KMA) ingatkan jamaah dan wali santri di Pondok Pesantren Madinatunnajah, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan, untuk menjaga kesantunan dan keramahan dalam pergaulan sosial di dunia nyata maupun di dunia maya.

Hal itu disampaikan KMA dalam acara Milad ke-10, Pengajian dan Silaturahmi Awal Bulan Bersama Ulama (Pesan Ulama), di Ponpes Madinatunnajah, Ciputat, Minggu (13/1/2019).

KMA mengatakan di tengah hiruk pikuk politik yang semakin bising, umat Islam diharapkan tetap berpegang teguh dengan meneladani Nabi Muhammad Saw, yang santun, penuh kasih sayang dan lemah lembut dalam bermasyarakat.

"Kita jangan mudah dipengaruhi perilaku dan prasangka buruk. Jangan mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar. Bahkan, kalau kita melihat ada langkah yang perlu diluruskan, luruskanlah dengan cara yang halus. Bukan dengan mencaci-maki," imbaunya.

KMA menncontohkan sikap para Nabi yang ditulis dalam sejarah. Dalam berdakwah dan mengajak pada kebenaran, selalu dilakukan dengan lemah lembut.

"Nabi Musa saja dalam menghadapi Firaun yang mendaku diri sebagai tuhan, diperintahkan memberi peringatan dengan santun. Apalagi kalau pemimpin kita sesama muslim. Gak baik menuduh kafir pada sesama muslim. Nabi Muhammad juga mengajarkan kesantunan. Karena kesantunan membawa Rahmat. Islam itu menasihati, bukan memaki. Islam itu merangkul, bukan memukul. Islam itu ramah bukan marah-marah," tandasnya.

KMA juga mengingatkan jamaah untuk tidak berprasangka buruk pada siapapun, termasuk pada ulama yang mengambil ijtihad tersendiri untuk terjun di dunia politik. Seraya mengulas ingat kisah nabi Khidir dan Nabi Musa.

"Karena itu kalau ada ulama mengambil langkah, jangan dicela. Saat ini banyak orang tak menghormati ulama. Buya Muhtadi yang hafidz Qur'an, ahli fiqh dan tasawuf, yang puasa tiap hari dikafir-kafir kan. Padahal daging ulama itu beracun. Karena itu, kalau kita tak setuju dengan langkah ulama, lebih baik diam. Tidak mencela apalagi menyebar dusta dan fitnah kepada ulama," imbuhnya.

Penghormatan terhadap Ulama, kata KMA merupakan wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT, karena kita sudah berkesempatan mendapat hidayah dan taufiq.

"Hidayah adalah kesempatan kita untuk memperoleh ajaran Islam, sementara Taufiq adalah kemampuan menyelaraskan antara hati dan pikiran. Alhamdulillah kita mendapatkan bimbingan Nabi Muhammad Saw melalui para ulama. Kita bersyukur bisa mengikuti jejak dan meneladani ajaran Nabi. Bersyukur bertemu ulama bisa mengaji pada para kyai yang menjadi pewaris nabi," paparnya.

KMA juga mengulas ungkapan ulama tentang masa-masa jahiliah yang selalu terulang-ulang. "Maka, dalam
setiap masa jahiliah, selalu diutus para nabi. Tapi saat ini nabi tidak lagi diutus. Yang ada hanya ulama. Sebagai pewarisnya nabi. Kata nabi, ulama itu seperti nabinya Bani Israil. Dan Pesantren, adalah tempat kaderisasi dan regenerasi ulama," paparnya.

K.H Ma'ruf Amin mengatakan di tengah hiruk pikuk politik yang semakin bising, umat Islam diharapkan tetap berpegang teguh dengan meneladani Nabi Muhammad Saw.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News