Kondom dan Kontroversinya

 Kondom dan Kontroversinya
Dahlan Iskan.

Jepang belakangan memang mengalami kemunduran dalam bisnis kondom. Usia rata-rata penduduknya yang menua membuat kondom tidak laris. Tapi perusahaan ini tidak menyerah. Terus berinovasi.

Ilmu bahan (material) memang sangat maju sekarang ini. Jurusan ilmu bahan di fakultas teknik kini laris manis. Sudah bukan lagi bagian dari jurusan metalurgi.

Bahan baru selalu ditemukan. Bukan lagi ditemukan di tambang. Atau di lapangan. Tapi di labolatorium.

Mencampur dan mengkombinasikan unsur kimia dari satu bahan dengan bahan lain tidak henti-hentinya diriset. Ilmu kimia sudah lebih menentukan.

Kalau tidak, bagaimana mungkin bisa ditemukan bahan baru yang bisa dibuat kondom setipis 0,01 mm. Dan kuatnya bukan main.

Kuat kondomnya, maksud saya. Bisa diolor-olor tanpa robek. Bisa digesek-gesekkan berulang kali tanpa berlubang.

Bahkan klaim pabrik kondom Jepang ini menjamin kuat untuk digosokkan sampai 100 ribu kali. Tentu, saya percaya begitu saja. Daripada diminta untuk membuktikannya.

Begitu berprestasinya pabrik kondom ini hingga menyetarakan kondomnya dengan medali emas. “Inilah medali emas yang bisa Anda peroleh di Olympiade Tokyo.” Begitu kata Sagami Rubber Industries, produsen kondom merk Sagami ini.

Jepang sudah berhasil memproduksi kondom paling tipis di dunia. Hanya 0,01 mm yang akan dibagikan gratis sebagai promosi di arena Olympiade Tokyo 2020. Wow!

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News