Korban Terbanyak dari 'Daerah Aman'

RSUP Dr. Sardjito Kewalahan

Korban Terbanyak dari 'Daerah Aman'
Sejumlah korban akibat awan panas Merapi dievakuasi dan di identivikasi di RS Dr Sardjito Jogjakarta. Korban selamat mengalamai luka bakar hebat. Sementara yang tewas kebanyakan dalam keadaan terpanggang. Foto: Boy Slamet/ Jawa Pos
Dia mengakui jumlah ventilator dan kebutuhan lain, terutama ruang khusus perawatan korban luka bakar, tidak mencukupi. Namun, dia sudah menginstruksikan semua rumah sakit untuk memberikan bantuan kepada rumah sakit Sardjito yang menjadi rujukan utama untuk korban Merapi. "Kebutuhan ventilator di sini tinggi tapi alatnya tidak cukup. Semoga setelah ini banyak bantuan. Sore tadi sudah ada tambahan enam ventilator untuk dipakai para pasien," paparnya.

Endang berjanji alat-alat medis yang dibutuhkan pasien akan berusaha dilengkapi. Dia juga meminta pasien untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani perawatan. "Jangan pulang kalau belum benar-benar sembuh. Dan tidak usah memikirkan hal lain," tegasnya. Di antara para pasien, masih ada yang sibuk memikirkan anggota keluarga lainnya, rumah dan harta bendanya, atau ternak. Menurut Endang, pikiran para pasien harus fokus pada penyembuhan, dan bukan pada hal-hal lain di luar kesehatannya. "Jangan pula dipikirkan untuk biaya. Negara yang menanggung," ungkapnya.

Mengenai tidak cukupnya ruangan perawatan intensif bagi korban luka bakar, Kepala Humas dan Hukum RSUP Dr. Sardjito Trisno Heru Nugroho mengatakan, ruangan ICU juga dipakai. "Prinsip kerjanya sama antara ruang perawatan luka bakar dengan ICU. Jadi karena tempatnya tidak cukup, kami tempatkan korban di ICU," katanya. Sementara korban luka lainnya yang kondisinya relatif ringan ditempatkan di lantai 2 bekar Gedung IGD. Di pintu masuk bangsal, terdapat 21 nama korban letusan Merapi yang kebanyakan berasal dari Argomulyo.

Erna Nur Hidayati, korban selamat yang tengah menunggui keponakannya Ade Surya yang mengalami luka bakar sebagian, mengatakan, warga sebenarnya punya kesempatan untuk mengungsi. Tapi karena tidak semua keluarga bisa bersiap-siap dengan cepat, banyaknya korban tidak bisa dihindarkan. Wanita 47 tahun yang berasal dari Kliwang, Argomulyo , merupakan penduduk asli Argomulyo. Menurutnya, sejak kecil, dia belum pernah mengalami Merapi dalam kondisi seburuk ini. "Belum pernah saya lihat Merapi seperti ini. Dulu, paling jauh, saya hanya melihat bunga api di puncak Merapi," ujarnya.

JOGJA- Korban letusan Merapi kembali berjatuhan. Setelah Merapi meletus Jumat (5/10) dini hari, hingga tadi malam sebanyak 102 orang dinyatakan meninggal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News