KPK Didesak Tangani Kasus Gubernur Bengkulu
Jumat, 15 Januari 2010 – 20:21 WIB
KPK Didesak Tangani Kasus Gubernur Bengkulu
JAKARTA - Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesian Corruption Watch (ICW), Ibrahim Fahmi Badoh, mendesak agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengambil alih dugaan kasus korupsi yang melibatkan Gubernur Bengkulu, Agusrin Maryono Najamuddin. Menurutnya, kasus penyaluran dan penggunaan dana bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) di Provinsi Bengkulu pada tahun 2005, yang diduga merugikan negara sebesar Rp 21,3 miliar, akan berlarut-larut jika ditangani kejaksaan. Selain Agusrin, kasus ini juga menyeret Kepala Dinas Pendapatan dan Belanja Daerah Bengkulu, Chairuddin. Bahkan, PN Bengkulu sudah memvonis Chairuddin satu tahun penjara. "Agusrin sendiri sudah ditetapkan sebagai tersangka korupsi sejak 28 Agustus 2008 lalu, namun hingga lebih dari setahun ini proses hukumnya belum juga dilimpahkan ke pengadilan meskipun dinilai sudah selesai di tingkat penyidikan," papar Ibrahim.
"Penuntasan kasus korupsi yang ditangani oleh kejaksaan seringkali mengalami hambatan ketika melibatkan kepala daerah yang masih aktif. Selain karena adanya hambatan izin pemeriksaan dari Presiden, penanganan kasus korupsi kepala daerah seringkali berlarut-larut tanpa alasan yang jelas, ataupun karena adanya dugaan intervensi," kata Ibrahim di Jakarta, Jumat (15/1).
Baca Juga:
Ibrahim bercerita bahwa kasus tersebut awalnya ditangani oleh Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bengkulu. Untuk menjaga stabilitas politik di Bengkulu, pihak Kejati mengajukan permintaan kepada Mahkamah Agung (MA) agar kasus Agusrin diadili di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat. Surat itu pun mendapat respon dari MA dengan keluarnya Surat Keputusan (SK) Mahkamah Agung RI No 057/KMA/SK/IV/2009 pada tanggal 28 April 2009. SK ini menunjuk PN Jakarta Pusat untuk memeriksa dan memutuskan perkara korupsi dengan tersangka Agusrin M Najamudin.
Baca Juga:
JAKARTA - Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesian Corruption Watch (ICW), Ibrahim Fahmi Badoh, mendesak agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
BERITA TERKAIT
- Letjen Kunto Batal Digeser, Eks Aster KSAD Menyarankan TNI Cermat Memutasi Prajurit
- Surat Ini Bikin Mutasi Letjen Kunto Arief Dianggap Bermuatan Politis
- Hardiknas, Rahmat Saleh Dorong Gen Z Sumbar Adaptif Terhadap Tantangan Zaman
- Polisi Ungkap 6 Tersangka di Balik Kerusuhan May Day Semarang
- M Qodari Dinilai Paling Siap Gantikan Hasan Nasbi
- Usung Konsep Persamaan Gender, Womens Day Run 2025 Akan Digelar Besok