Kudeta
Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Momen inilah yang banyak disebut sebagai ‘’the creeping coup’’ atau ‘’kudeta merangkak’’ yang dialami oleh Megawati.
Disebut sebagai kudeta merangkak, karena kudeta itu dilakukan secara mengendap-endap sambil merangkak, sehingga gerakannya tidak terdeteksi.
Kudeta merangkak itu dilakukan Jokowi dengan jalan melakukan kampanye pencitraan yang masif menjelang pemilu presiden.
Masa jabatannya yang singkat selama menjadi gubernur DKI Jakarta dimanfaatkan secara maksimal untuk menggalang pencitraan untuk mendongkrak popularitas.
Megawati--yang pada waktu itu sebenarnya masih menyimpan keinginan untuk maju lagi—tidak bisa berkutik ketika disodori data mengenai elektabilitas Jokowi yang melejit tak terbendung.
Tidak ada pilihan lain bagi Megawati kecuali menyerahkan tiket capres kepada Jokowi.
Sikap berat hati itu terlihat dari pernyataan Megawati yang menyebut Jokowi sebagai ‘’petugas partai’’.
Istilah itu kemudian menjadi kosakata politik yang sering disebut dalam berbagai kesempatan.
Kudeta merangkak ini bisa jadi akan membawa akhir yang tragis bagi karier politik Megawati Soekarnoputri.
- Eks KSAL Ini Anggap Gibran bin Jokowi Tak Memenuhi Kriteria Jadi Wapres RI
- Roy Suryo Ungkap Ironi Laporan Jokowi, Dilayangkan Saat Hari Keterbukaan Informasi
- Gus Din Apresiasi Jokowi Membuat Laporan ke Polisi Soal Ijazah Palsu
- 5 Berita Terpopuler: Ada Uang Setoran Masuk, Banyak NIP CPNS & PPPK Terbit, Memalukan dan Tidak Elegan
- Polisi Didesak Proses Laporan Jokowi soal Kasus Ijazah Palsu
- Jokowi Lapor Polisi, Roy Suryo: Peneliti Seharusnya Diapresiasi, Bukan Dikriminalisasi