Kumpulkan Warga, Harus Cari Satu Per Satu ke Hutan

Kumpulkan Warga, Harus Cari Satu Per Satu ke Hutan
TURUN GUNUNG. Warga kampung Jobijoker yang ditemui Koran ini di tempat pengungsiannya yang terletak di kampung Bikar butuh tambahan gizi dimana perkampungannya sulit terjangkau butuh perhatian pemerintah. FOTO: andre siregar/radarsorong
Lukas menceritakan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, warga selalu bergotong royong. Kaum pria berburu hewan di hutan, sementara kaum perempuan berkebun. Jika mendapatkan hewan buruan, mereka membagi dagingnya dengan warga lain.

Terletak di ketinggian 3.000 meter di atas permukaan laut, tentu saja suhu di Jokbijoker dingin. Hal ini membuat warga baru beraktivitas sekitar pukul 11.00 WIT.

Dari tiga kampung yang terserang busung lapar dan wabah penyakit, Kampung Jokbijoker yang paling dekat dengan Bikar. Dua kampung lainnya harus ditempuh dengan berjalan kaki lagi berhari-hari. Dari Jokbijoker, Kampung Bathe bisa ditempuh dengan berjalan kaki satu hari satu malam. Adapun Koisefo merupakan kampung terjauh.

Lukas menceritakan, mendatangi Koisefo perlu berjalan kaki berhari-hari. Saking terisolasinya, akses termudah untuk mencapai tiga kampung itu adalah dengan helikopter.

Kepala suku di Kampung Bikar Yehuda Yesnath menuturkan, sebelum dapat ditembus orang luar, untuk berkomunikasi dengan kampung sebelah biasanya dia menggunakan penanda kepercayaan. Yakni, menggunakan perantara seperti burung dan sebagainya. Bahkan, jauh sebelumnya masyarakat di tiga kampung itu masih memegang erat kepercayaan tentang kekuatan alam. "Kalau ada orang mati, dikubur seperti biasa. Biasanya dibungkus pakai tikar atau peti dari kayu, lalu dimasukkan ke lubang di tanah," katanya.

Warga tiga kampung di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, yang terserang busung lapar dan wabah penyakit sempat mengungsi ke Kampung Bikar. Saat ini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News