Lansia LGBT di Australia Takut Tinggal di Panti Jompo

Lansia LGBT di Australia Takut Tinggal di Panti Jompo
Geoffrey Ostling mengatakan keputusan menyembunyikan orientasi seksualnya seiring bertambahnya umur tidak akan pernah ia lakukan.

"Saya membayangkan bagaimana kira-kira tinggal di sana, sampai akhirnya saya ditawarkan untuk tinggal selama dua minggu untuk mencoba dan menilai."

Geoffrey adalah satu dari 236.000 warga Australia yang tinggal secara tetap di panti jompo.

Tidak diketahui berapa banyak dari keseluruhan angka tersebut yang merupakan bagian dari komunitas LGBTQ atau berapa di antaranya yang bernasib baik dalam sistem yang tidak mendukung.

"Masalahnya, kami benar-benar tidak tahu. Tidak ada data [pendukung] dan kami juga tidak mengumpulkan data soal kekerasan dalam komunitas LGBTQ," ungkap Claire Allen, manager program nasional organisasi kesehatan LGBTQ+, ACON.

Claire mengatakan paling tidak 40 persen dari jumlah keseluruhan komunitas lansia mengalami kekerasan.

Semakin menyembunyikan identitas dengan bertambahnya usia

Komisi Khusus Perawatan Lansia telah menerima bukti dari anggota komunitas dan penyedia layanan yang khusus menangani lansia di pengadilan, namun komunitas tersebut tidak dilibatkan dalam keputusan akhirnya.

"Walau keputusan dari laporan akhir komisi khusus satu langkah lebih maju dan kami memerlukan pelatihan tambahan serta pengumpulan data dan perbaikan sistem secara keseluruhan, tidak disebutkan secara spesifik 148 rekomendasi terhadap warga LGBTQ, dan ini adalah kesempatan yang disia-siakan," ujar Claire.

Geoffrey Ostling, lansia LGBT di Australia menceritakan pengalamannya tinggal di panti jompo negara tersebut

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News