Lima Kali Kontak Tembak, Korban dari Polri dan Teroris Berjatuhan

Lima Kali Kontak Tembak, Korban dari Polri dan Teroris Berjatuhan
Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti. Foto: Dok.JPNNN.com

jpnn.com - JAKARTA - Upaya memberangus kelompok teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso tak pernah berhenti. Sejak 17 Agustus 2015, sudah terjadi lima baku tembak antara Brimob Polda Sulteng bersama Densus 88 Antiteror Mabes Polri dengan  Santoso Cs.

Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti menjelaskan, saat baku tembak keempat, seorang anggota kelompok teroris tewas ditembak Polri. Informasi yang dihimpun anggota teroris yang tewas itu diduga bernama Urwah alias Bado.

Anggota Brimob kemudian berupaya membawa mayat sang teroris. Namun, di tengah perjalanan anggota Brimob diberondong tembakan oleh kelompok Santoso. Iptu Brayen Theophani, Kasubden Gegana Poso Den B Brimob Landangan Poso, itu tewas tertembak teroris, Rabu (19/8) sekitar pukul 14.30 WITA.

"Pada kontak tembak yang keempat ada satu teroris yang tertembak. Pada saat dilakukan evakuasi, anggota kita yang juga tertembak akhirnya meninggal dunia kemarin," kata Haiti di Mabes Polri, Jumat (21/8).

Namun, ini tak menyurutkan semangat Polri memberangus kelompok Santoso yang terkenal licin dan menguasai medan hutan belantara tersebut. Polri pun menambah kekuatan dengan mengirimkan ratusan anggota Brimob Mabes Polri. "Oleh karena itu kami tambah kekuatan. Sudah kami kirim 140 personel dari Brimob Mabes Polri," kata Haiti.

Menurut dia, penambahan personel ini juga dilakukan untuk bisa menemukan Santoso Cs di hutan belantara itu. Ketika 17 Agustus lalu, Polri sudah mengidentifikasi keberadaan camp persembunyian mereka. Sejauh ini, kata Haiti, Polri belum perlu meminta bantuan kepada TNI untuk mengejar kelompok Santoso Cs. "Sementara kami sudah berkoordinasi (dengan TNI), tetapi belum kami minta bantuan," jelas jenderal bintang empat itu.

Kelompok Santoso diduga masih berpencar di hutan belantara. Saat ini, kata Haiti, diduga masih ada 30-40 orang pengikut Santoso di hutan tersebut. Haiti menambahkan, kalau tak ditindak tegas, mereka bisa memobilisir dari berbagai tempat untuk menambah kekuatan. "Termasuk juga masalah senjata. (Nanti) dia (teroris) juga bisa beli senjata dengan dana sumbangan dari simpatisan," ujarnya. (boy/jpnn)

JAKARTA - Upaya memberangus kelompok teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso tak pernah berhenti. Sejak 17 Agustus 2015, sudah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News